Jakarta (4/1/2022): Nusa Tenggara Timur (NTT) tak hanya memiliki keindahan alam yang menawan dan kaya akan potensi wisatanya saja, tetapi juga memiliki warisan budaya yang hingga saat ini masih melekat dan dilestarikan oleh masyarakat asli NTT, seperti kain tenun yang merupakan kain tradisional NTT.
Kain tenun NTT dipandang sebagai benda berharga milik keluarga yang bernilai tinggi dan dikembangkan oleh setiap suku di NTT secara turun-temurun.
Pembuatan kain tenun NTT dilakukan dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Hal ini karena tenun dibuat dengan tangan dalam waktu yang tidak singkat. Oleh karena itu, nilai tenun menjadi tingg sehingga harga kain tenus NTT pun mencapai ratusan juta rupiah. Lantas seperti apa proses pembuatannya dan ada jenis apa saja? Berikut ulasannya.
Proses Pembuatan Kain Tenun NTT
Proses pembuatan kain tenun NTT diawali dengan pemintalan kapas menjadi benang dan diikat. Lalu, benang dicelupkan ke dalam pewarna. Kemudian, benang dicelupkan pada pewarna yang terbuat dari akar pepohonan.
Setelah warna benang merata, proses penenunan kembali dilanjutkan.
Motif kain tenun NTT biasanya mencerminkan alam, hewan, serta benda-benda lain yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Namun saat ini, banyak kain tenun yang terbuat dari kain sintetis supaya dapat menjangkau pasar lebih luas.
Jenis Kain Tenun NTT
Berdasarkan proses produksinya, kain tenun NTT dibagi dalam beberapa jenis, yaitu tenun buna, tenun ikat, dan tenun lotis atau sotis atau songket.
Tenun buna adalah menenun untuk membuat corak atau motif pada kain dengan menggunakan benang yang sudah diwarnai terlebih dahulu, sehingga menghasilkan motif yang indah.
Tenun ikat adalah kain tenun yang proses pembuatan motif dilakukan dengan cara pengikatan benang. Dalam tenun NTT, benang lungsi yang akan diikat untuk menghasilkan motif tertentu.
Benang lungsi adalah benang yang memanjang ke arah kain, sedangkan benang pakan adalah benang yang melintang ke arah lebar kain.
Tenun lotis atau yang disebut songket, proses pembuatannya mirip dengan tenun buna. Namun pada tenun lotis identik dengan warna dasar gelap seperti cokelat, hitam, biru tua, dan merah hati. Umumnya, para pengrajin menggunakan pewarna alami seperti kunyit, mengkudu, tauk, dan tanaman lainnya.
Motif Kain Tenun NTT
Motif kain tenun di NTT dapat mencirikan asal pemakainya. Karena, dalam kain tenun itu tergambar ciri khas suatu suku atau pulau tertentu.
Motif tenun merupakan wujud kehidupan masyarakat dan bentuk ikatan emosional masyarakat itu. Masyarakat NTT akan bangga menggunakan kain tenun asal sukunya, sebaliknya mereka akan merasa malu dan canggung apabila menggunakan tenunan dari suku lain.
Contohnya adalah Sumba Timur memiliki motif tengkorak, sedangkan motif tenun Maumere berupa hujan, ranting, dan pohon. Diperkirakan, motif-motif tersebut terinspirasi dari alam sekitar tempat tinggalnya. (*)