Jakarta (17/6/2021): Pemerintah Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat, melakukan audiensi dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto. Audiensi tersebut terkait Optimalisasi Pelayanan Publik Tol Laut, Subsidi Darat, dan Jembatan Udara serta Layanan Multimoda di Kabupaten Tambrauw, yang dilaksanakan di kantor Kementerian Perhubungan, Rabu (16/6/2021).
Dalam kesempatan tersebut turut hadir Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Keamanan Kemaritiman Buyung Lalana, Bupati Tambrauw Gabriel Asem beserta jajaran, Kasie Lala dan Usaha Pelabuhan KSOP Kelas II Jayapura Willem Thobias Fofid, Kasubdit Angkutan Laut Khusus dan Usaha Jasa Terkait, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Bharto Ari Raharjo, serta jajaran Kementerian Perhubungan.
Pada kesempatan itu, Bupati Tambrauw Gabirel Asem memberikan paparan tentang Kabupaten Tambrauw, termasuk potensi wisata dan komoditi unggulan yang dimilikinya.
“Kabupaten Tambrauw ini merupakan kabupaten baru yang berusia 12 tahun. Di Tambrauw terdapat 29 distrik dan 216 kampung, luas wilayah Tambrauw adalah 11.592 kilo meter persegi yang memiliki banyak potensi baik wisata, perkebunan, peternakan, perikanan dan energy terbarukan yang akan dikembangkan. Sebelum pandemi Covid-19, banyak wisatawan dari China yang datang berkunjung ke Tambrauw,” katanya.
Lebih lanjut Bupati Gabriel mengatakan, selama ini komoditi unggulan Kabupaten Tambrauw, yakni jagung, kelapa, kakao dan kopi baru didistribusikan di sekitar Papua Barat saja, yaitu Manokowari dan Sorong. Hal ini dikarenakan skala produksi yang masih kecil dan tingginya biaya pengiriman ke luar wilayah Papua Barat yang menyebabkan arus keluar barang menjadi mahal.
“Tentu kami senang dengan adanya program Tol Laut karena memiliki dampak positif, yaitu dapat menekan disparitas harga. Meskipun Tambrauw dekat dengan Sorong, namun terdapat perbedaan harga yang mencapai dua kali lipat. Kehadiran Tol Laut juga membuka konektivitas,”
Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto mengemukakan, bahwa jarak antara Sorong dan Tambrauw tidak begitu jauh. Namun demikian, ia berkomitmen bahwa pihaknya akan menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam penyelenggaraan angkutan udara perintis di Papua dan Papua Barat.
“Kami sangat konsentrasi sekali untuk bisa meningkatkan kapasitas di Papua dan Papua Barat melalui jembatan udara ini. Kami punya ratusan rute angkutan perintis di Papua, kalau memang dibutuhkan penambahan untuk di Kebar dan Werur, kita akan tambahkan. Untuk dimensi runway yang ada saat ini di Kebar 800 meter x 18 meter, memang tidak terlalu besar tapi akan kita kembangkan. Yang ada ini akan kita optimalkan, terutama untuk rute-rute penerbangannya dengan mengajak teman-teman airline untuk lebih aktif lagi masuk ke daerah itu,” katanya.
Kabupaten Tambrauw merupakan daerah pesisir di Papua Barat. Akses menuju Tambrauw selama ini dapat ditempuh melalui jalur darat dari Sorong, jalur laut dan udara menggunakan pesawat perintis dari Manokwari.
Bandara Werur memiliki landasan pacu sepanjang 1.600 meter x 30 meter dan sudah bisa didarati pesawat jenis ATR-72. Bandara ini adalah salah satu bandara yang ada di Indonesia yang telah ada sejak masa Perang Dunia II.
Selain bandara, Kabupaten Tambrauw juga memiliki dua pelabuhan, yaitu Pelabuhan Sausapor dan Pelabuhan Laut Mega.
Kehadiran angkutan multimoda di Kabupaten Tambrauw sangat dinantikan oleh masyarakat agar bisa merasakan harga bahan-bahan pokok dan penting lainnya bisa terjangkau atau sama seperti di Sorong. Bupati Tambrauw Gabriel Asem berharap kegiatan multimoda ini dapat segera berjalan di Tambrauw dengan lancar sehingga masyarakat bisa merasakan manfaatnya. (*)