Harun Thohir, Pahlawan Nasional dari Bawean yang Digantung di Singapura

Bagikan

Harun Thohir, Pahlawan Nasional dari Bawean yang Digantung di Singapura
Foto: Istimewa

Jakarta (27/11/2021): Kehadiran Bandara Harun Thohir di Pulau Bawean memberikan dampak positif bagi daerah itu. Dengan adanya bandara, akses menuju daerah itu semakin mudah dan semakin banyak pilihan moda transportasi di pulau tersebut.

Sejak diresmikan pada 30 Januari 2016 silam, Bandara Harun Thohir menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Bawean. Kehadiran bandara itu membawa perubahan besar masyarakat Bawean dalam bertransportasi.

Namun, di balik kesibukan bandara yang melayani penerbangan perintis ini terdapat sebuah sejarah dari nama yang disematkannya, yaitu Harun Thohir. Siapakah sosok Harun Thohir?

Kopral Anumerta Harun Said atau yang lebih dikenal dengan nama Harun Thohir adalah pahlawan nasional asal Pulau Bawean. Harun Thohir lahir pada tanggal 14 April 1947 di Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.

Harun merupakan anak dari pasangan Mandar dan Aswiyani, ia memiliki dua saudara. Berasal dari keluarga sederhana, Harun sudah menjadi anak buah kapal dagang Singapura sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Pada tahun 1963 – 1965 Indonesia sempat terlibat konflik dengan Malaysia dan membuat hubungan diplomatik kedua negara tersebut jadi terputus. Dalam masa ini, beberapa tentara ada yang dikirim ke negara bagian musuh untuk melakukan penyusupan, penyamaran, hingga aksi sabotase. Mereka yang ditugaskan adalah Kopral Anumerta Harun Said atau Harun Thohir bersama rekannya sesama marinir (TNI AL), Usman Janatin dan Gani bin Arup.

Saat itu, Singapura bergabung dengan Malaysia membentuk persekutuan Malaysia.

Harun, Usman, dan Gani mendapatkan tugas dan berhasil meledakkan Mac Donald House di Orchid Road yang berada di pusat kota Singapura pada 10 Maret 1965.

Harun Thohir, Pahlawan Nasional dari Bawean yang Digantung di Singapura
Harun Thohir, Foto: Istimewa

Tiga hari berselang, usaha pelarian mereka menemui jalan berbeda. Gani berhasil meloloskan diri, sementara Harun dan Usman tertangkap oleh tentara wilayah setempat. Mereka berdua kemudian ditahan di penjara Changi selama kurang lebih tiga tahun, sebelum akhirnya dijatuhi hukuman mati.

Baca Juga :  Tinjau Samsat Batam, Dirjen Keuda Kemendagri: Sebagai Salah Satu Samsat Terbaik di Indonesia

Pada saat itu, Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah mengajukan banding dan upaya pengampunan atas hukuman yang diterima oleh Harun dan Usman. Namun banding tersebut ditolak oleh majelis pengadilan Singapura dan pengadilan internasional di London, Inggris.

Eksekusi mati Harun dan Usman dilakukan pada 17 Oktober 1968. Setelah itu jasad keduanya langsung dibawa ke Indonesia untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Rasa haru bercampur bangga mengiringi proses pemakaman yang dilakukan secara militer.

Berdasarkan SK Presiden RI Nomor 050/TK/Tahun 1968, pada 17 Oktober 1968, keduanya ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Untuk mengenang perjuangan dan pengabdian Harun Thohir, kini Namanya diabadikan pada sebuah bandara di Pulau Bawean, yakni Bandara Harun Thohir. Dan menjadi salah satu nama jalan raya di Kabupaten Gresik. Selain itu, nama Harun dan Usman juga dijadikan nama kapal, yaitu KRI Usman-Harun. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait