AHY: Indonesia Negara Maritim, Tapi Logistik Nasional Bergantung pada Transportasi Darat

Bagikan

AHY: Indonesia Negara Maritim, Tapi Logistik Nasional Bergantung pada Transportasi Darat
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono memberikan keterangan pers usai pembukaan ALFI Convex 2025 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (12/11/2025). (Foto: Yoyoh Sulastri)

Tangerang Selatan, Nusantara Info: Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti ketimpangan dalam sistem logistik nasional Indonesia yang masih sangat bergantung pada transportasi darat.

Dalam sambutannya di ALFI CONVEX 2025, Rabu (12/11/2025), AHY menegaskan, dominasi darat hingga 91% berlawanan dengan status Indonesia sebagai negara kepulauan dengan potensi maritim terbesar di dunia.

“Walaupun kita negara maritim dengan lebih dari 17 ribu pulau, 91% logistik kita masih disandarkan pada moda darat. Padahal kita bukan negara kontinental. Ini menjadi PR besar bagi Indonesia,” katanya.

AHY menjelaskan ketimpangan ini terlihat jelas dari konsentrasi logistik di Pulau Jawa, sementara wilayah timur Indonesia masih tertinggal jauh. Dampaknya, biaya logistik tinggi dan kesenjangan ekonomi antar daerah semakin melebar.

“Kalau kapasitas laut dan kereta kita tingkatkan, beban jalan raya akan berkurang, biaya logistik turun, dan efisiensi meningkat,” ujarnya.

Pemerintah menargetkan penurunan biaya logistik nasional dari 14,2% terhadap PDB menjadi 12,5% pada 2029, dan menurun lagi hingga 8% pada 2045, agar sebanding dengan negara-negara maju. Menurut AHY, transformasi logistik tidak bisa tercapai tanpa keseimbangan antarmoda dan disiplin aturan.

Salah satu langkah yang disorot AHY adalah penerapan kebijakan Zero ODOL (Over Dimension, Over Loading) yang dijadwalkan efektif 1 Januari 2027. Praktik kendaraan ODOL, kata AHY, tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga menyumbang tingginya angka kecelakaan di jalan.

“Setiap tahun ada 27 ribu korban meninggal di jalan. Sebagian disebabkan kendaraan ODOL. Ini bukan sekadar penegakan hukum, tapi perubahan mindset dan sistem logistik nasional,” tegasnya.

Meski kebijakan Zero ODOL diperkirakan menambah biaya logistik di awal penerapan, AHY menekankan manfaat jangka panjangnya. Mulai dari peningkatan investasi armada baru, distribusi yang lebih efisien, hingga penurunan angka kecelakaan.

Baca Juga :  Situ Cipanten Majalengka, Danau Jernih dengan 7 Mata Air yang Tak Pernah Kering

“Kita ingin logistik Indonesia bukan hanya efisien, tapi juga aman, berkeadilan, dan berkelanjutan,” pungkasnya. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait