AS Hengkang Lagi dari UNESCO, Kebijakan “America First” Kembali Guncang Komitmen Multilateralisme

Bagikan

AS Hengkang Lagi dari UNESCO, Kebijakan "America First" Kembali Guncang Komitmen Multilateralisme

Washington DC, Nusantara Info: Amerika Serikat (AS) kembali membuat gebrakan kontroversial di panggung internasional. Setelah sebelumnya keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kini Negeri Paman Sam resmi menarik diri dari keanggotaan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB) dengan alasan utama: “tidak sesuai dengan kepentingan nasional.” Langkah ini menegaskan arah kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump yang terus memprioritaskan “America First” di atas semangat kerja sama global.

Keputusan tersebut diumumkan secara resmi oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, pada 23 Juli 2025, dan dijadwalkan berlaku efektif pada akhir 2026. Pemerintahan Trump menilai UNESCO terlalu fokus pada isu-isu sosial dan kultural yang dinilai bersifat memecah belah, serta terlalu menekankan agenda pembangunan berkelanjutan yang diklaim bertentangan dengan kebijakan nasional AS.

“Partisipasi dalam UNESCO tidak lagi mencerminkan kepentingan Amerika Serikat,” kata Bruce di Washington.

Bolak-Balik Keanggotaan: Simbol Politik yang Kian Sinis

Langkah ini menandai episode kedua AS keluar dari UNESCO dalam satu dekade terakhir. Pada 2018, Trump juga memutus keanggotaan dengan tuduhan bahwa badan PBB tersebut “anti-Israel.” AS baru bergabung kembali pada pertengahan 2023 di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, hanya untuk kembali hengkang dua tahun kemudian setelah Trump menjabat kembali.

Selain UNESCO, AS juga telah menarik diri dari WHO dan menghentikan pendanaan kepada UNRWA, badan PBB yang menangani pengungsi Palestina.

Penarikan diri AS dari UNESCO berpotensi mengguncang stabilitas organisasi tersebut, mengingat negara adidaya ini sebelumnya menyumbang sekitar 8% dari total anggaran UNESCO. Meski demikian, Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, menyatakan bahwa organisasinya telah mengantisipasi keputusan tersebut dan akan tetap berkomitmen pada prinsip multilateralisme.

Baca Juga :  Perang Iran-Israel Memanas: Ini Dampaknya Bagi Indonesia

“Keputusan ini bertentangan dengan semangat kerja sama global yang menjadi fondasi utama UNESCO,” ujar Azoulay dengan nada kecewa.

UNESCO dan Misi Globalnya

UNESCO dikenal luas sebagai lembaga yang melindungi dan mempromosikan pendidikan, kebudayaan, dan kerja sama ilmiah lintas negara. Organisasi ini bertanggung jawab atas daftar Situs Warisan Dunia, yang meliputi keajaiban alam dan budaya seperti Great Barrier Reef di Australia, Serengeti di Tanzania, hingga Piramida Mesir.

Baru-baru ini, kastil-kastil ikonik milik Raja Ludwig II di Bayern juga ditambahkan ke daftar tersebut, menunjukkan komitmen UNESCO dalam melestarikan sejarah dan identitas budaya global.

Langkah AS ini dinilai sejumlah pengamat sebagai bentuk penarikan diri dari multilateralisme yang semakin menguat di bawah pemerintahan Trump. Sikap skeptis terhadap lembaga-lembaga internasional justru berisiko memperlemah tatanan dunia yang berbasis aturan bersama (rules-based international order), terutama di saat dunia menghadapi tantangan bersama seperti perubahan iklim, konflik global, dan krisis pengungsi.

Keputusan Amerika Serikat meninggalkan UNESCO sekali lagi memperjelas arah kebijakan luar negeri AS yang lebih mementingkan kepentingan domestik jangka pendek ketimbang kerja sama internasional jangka panjang. Dunia kini menanti bagaimana lembaga-lembaga multilateral akan beradaptasi di tengah arus politik unilateral yang terus menguat. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait