Lebih dari 25% Perokok Berhenti, Asia Tenggara Pimpin Dunia dalam Penurunan Tembakau

Bagikan

Ilustrasi lebih dari 25% perokok berhenti. (Foto: Istimewa)

Jakarta, Nusantara Info: Dulu tercatat sebagai wilayah dengan konsumsi tembakau tertinggi di dunia, kini Asia Tenggara memimpin upaya global memberantas penggunaan tembakau. Kawasan ini berhasil menurunkan lebih dari seperempat jumlah perokok sejak 2010, menunjukkan keberhasilan kebijakan kesehatan publik yang masif.

“Penurunan ini luar biasa, meski sejalan dengan tren global,” ujar Kamran Siddiqi, profesor kesehatan masyarakat dari University of York, Inggris.

Transformasi Besar Konsumsi Tembakau di Asia Tenggara

Pada awal abad ke-21, lebih dari 50 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas di Asia Tenggara menggunakan tembakau. Namun pada 2030, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hanya kurang dari satu dari lima orang yang akan mengonsumsi produk tembakau.

Data terbaru WHO menunjukkan bahwa secara global, konsumsi tembakau telah turun 27 persen dalam 15 tahun terakhir, dengan 120 juta perokok lebih sedikit dibanding tahun 2010. Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan dengan penurunan paling signifikan, diikuti oleh Afrika dan Amerika.

“Efek positif berhenti merokok bisa terlihat hanya dalam hitungan hari,” ucap Siddiqi, menekankan pentingnya pencapaian ini bagi kesehatan masyarakat.

Faktor Keberhasilan

Asia Tenggara berhasil mengurangi konsumsi tembakau hingga 40 persen sejak 2010, terutama karena semakin banyak pria yang berhenti merokok. Pada 2000, sekitar 70 persen pria di kawasan ini menggunakan tembakau; kini angkanya tinggal setengahnya.

Menurut Ravi Mehrotra, profesor di Emory University, AS, keberhasilan ini didukung oleh upaya kolektif masyarakat mulai dari peneliti, tenaga kesehatan, hingga pembuat kebijakan.

Beberapa kebijakan yang diterapkan antara lain:

  • Pelabelan peringatan kesehatan di kemasan rokok.
  • Larangan merokok di ruang publik.
  • Pendidikan antirokok di sekolah.
  • Kampanye dengan aktor dan atlet sebagai panutan.
  • Pendekatan unik di beberapa negara, seperti India yang mewajibkan peringatan kesehatan pada adegan film yang menampilkan merokok.
Baca Juga :  Indonesia Maritime Week 2025, AHY: Ruang Maritim Punya Pengaruh Besar untuk Masa Depan Bangsa Indonesisa

Tantangan Produk Tembakau Tanpa Asap

Meskipun jumlah perokok menurun tajam, produk tembakau tanpa asap masih banyak digunakan. Lebih dari seperempat pria dan sekitar satu dari tujuh perempuan di Asia Tenggara masih mengonsumsinya.

Di kalangan remaja, sekitar satu dari tujuh anak berusia 13–15 tahun telah mencoba rokok elektronik, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata global.

“Asia Tenggara memiliki konteks unik dalam epidemi tembakau global. Produk tanpa asap sama populernya dengan rokok konvensional, namun pemantauannya lebih sulit,” terang Siddiqi.

Strategi Ke Depan

Para ahli menekankan perlunya pendekatan kontekstual untuk mengurangi konsumsi tembakau lebih jauh:

  • Menaikkan pajak tembakau hingga minimal 70 persen dari harga jual, sesuai rekomendasi WHO.
  • Penerapan kemasan polos tanpa merek.
  • Pengawasan ketat terhadap iklan terselubung atau “surrogate advertising”.
  • Pemantauan dan regulasi produk tembakau tanpa asap, termasuk rokok elektronik.

“Kami berharap kemajuan bisa lebih besar lagi jika produk tembakau tanpa asap mendapat perhatian serius,” kata Siddiqi.

Asia Tenggara menunjukkan bahwa penurunan konsumsi tembakau secara signifikan mungkin dicapai melalui kombinasi kebijakan tegas, edukasi, dan pengawasan masyarakat. Meski masih menghadapi tantangan produk tanpa asap, tren positif ini menempatkan kawasan ini sebagai pemimpin global dalam pengendalian tembakau. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait