Gorontalo (16/1/2022): Gorontalo, tidak hanya terkenal dengan Pulau Cinta dan kuliner khasnya saja, tetapi juga terkenal akan bentornya. Di setiap sudut Gorontalo, kita akan menemukan bentor yang hilir mudik mengangkut penumpang.
Ya, bentor di Gorontalo menjadi kendaraan alternatif khas Gorontalo yang digunakan untuk angkutan orang dan barang yang dilengkapi dengan rumah-rumah serta digerakkan atau didorong oleh kendaraan bermotor jenis sepeda motor. Bahkan bentor buatan Gorontalo sudah dijual sampai ke Makassar, Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mengondow, Sulawesi Utara, serta Halmahera, Maluku Utara.
Banyak kalangan masyarakat yang menganggap bentor adalah becak bermotor, padahal bentor merupakan singkatan dari ‘bendi bermotor’. Mengapa bendi dan bukan becak bermotor seperti di Medan, Sumatera Utara?
Hal ini berkaitan dengan kemunculan bentor pertama kali di kota Gorontalo. Di kota itu sampai dengan tahun 2000, masih menggunakan bendi atau kereta kuda sebagai angkutan umum lingkungan. Seiring perkembangan zaman dan banyaknya kotoran kuda yang mengotori lingkungan, akhirnya dicoba membuat kereta penumpang yang digabungkan dengan sepeda motor. Bentuk keretanya beroda dua mirip seperti becak. Kemudia, kerete tersebut digabung dengan sepeda motor sehingga menjadi alat angkutan beroda tiga yang kini popular di tengah masyarakat dengan nama bentor.
Seiring menjamurnya bentor di Gorontalo, secara sosial ekonomi, jumlah pengangguran dan kriminal di Gorontalo jumlahnya menurun. Dengan bermodal sepeda motor dan becak seharga Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta, warga sudah bisa memiliki bentor untuk dijadikan mata pencaharian sehari-hari.
Bentor menjadi angkutan umum favorit masyarakat Gorontalo karena tarifnya yang murah dan dapat menjangkau daerah yang terpencil di Gorontalo yang tidak dapat dijangkau dengan angkutan umum lainnya serta dapat sampai di tempat tujuan dalam waktu yang singkat juga dapat dimuati oleh dua orang penumpang.
Uniknya, ongkos naik bentor berdasarkan kesepakatan dengan penumpang yang dihitung per kepala. Jadi, kalau kesepakatannya Rp 5.000 untuk per kepala, maka jika yang naik dua orang jadi Rp 10.000.
Meskipun bentor menjadi angkutan umum favorit di Gorontalo, namun jika ditinjau dari aspek keselamatan, bentor rawan kecelakaan dan sangat rawan karena penumpang yang duduk dalam kereta sama sekali tidak terlindungi bila terjadi kecelakaan, penumpang akan terlempar keluar. Selain itu, pengemudi bentor juga kerap kali ugal-ugalan saat mengemudikan bentornya. Selain itu, banyak bentor yang tidak dilengkapi dengan rem pada roda depan sehingga perlambatannya pada saat mengerem sangat tidak memadai, apalagi saat sedang dalam kecepatan tinggi.
Namun demikian, kehadiran bentor di Gorontalo menjadikannya sebagai ciri khas transportasi yang ada di daerah itu dan bentor juga menjadi alat transportasi yang wajib dicoba oleh wisatawan ketika berkunjung ke Gorontalo dan ingin berkeliling kota Gorontalo bisa menggunakan bentor dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan berkendara. (*)