JAKARTA (26/1/2021): Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia tepat hari Selasa (26 Januari 202) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72. Untuk merayakan HUT Garuda Indonesia ke-72, beragam penawaran menarik diberikan untuk pelanggan setianya. Namun bagi masyarakat Indonesia, hal terpenting bukan sekadar penawaran itu, tetapi bagaimana perusahaan plat merah ini bisa bangkit dari himpitan pandemi saat memasuki usia ke-73.
Dikutip dari laman www.garuda-indonesia.com, ada harga istimewa dengan diskon sampai dengan 60 persen dalam perayaan #HUTGA72 dan harga tiket pesawat mulai dari 720 ribu rupiah untuk rute tertentu. Potongan tambahan dari bank hingga Rp720.000 dan fasilitas cicilan 0 persen, diskon khusus keluarga dan tiket pembelian 14 hari sebelum penerbangan. Diskon 20 persen untuk penukaran poin GarudaMiles, harga spesial prepaid baggage Rp72.000, voucher potongan ongkos kirim dari KirimAja sebesar Rp72.000 dan masih banyak lagi penawaran menarik lainnya yang diberikan maskapai nasional ini. Berbagai penawaran menarik ini bisa didapatkan hingga 31 Januari 2021 mendatang.
Tahun 2020 boleh dibilang Garuda Indonesia “jeblok”. Betapa tidak, lihatlah laporan keuangan kuartal III/2020, perseroan mengalami rugi bersih sebesar US$1,07 miliar atau Rp16,03 triliun. Posisi tersebut berbanding terbalik dibandingkan catatan pada kuartal III/2019 saat Garuda meraup laba bersih US$122,42 juta. Di sisi lain, total pendapatan Garuda Indonesia pun mencapai US$1,13 miliar per September 2020 atau Rp16,98 triliun, turun dari US$3,54 miliar pada kuartal III/2019.
Nah, setelah berultah ini, akankah bangkit kembali? Tampaknya itikad untuk bangkit kembali tetap menyala-nyala. Setidaknya terlihat dari target yang dipatok mereka. Misalkan, emiten maskapai BUMN PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menargetkan pendapatan 50 persen dari pendapatan 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 pada 2021. Artinya, jika pada 2019 pendapatannya mencapai US$4,57 miliar, target pada 2021 ini sebesar US$2,285 miliar. Dengan estimasi kurs Rp14.100 per dolar AS, target pendapatan Garuda tahun ini mencapai Rp40,18 triliun.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra optimis kinerja Garuda dapat minimal setengah dari sebelum Covid-19 terjadi, walaupun sejumlah kalangan memproyeksikan industri aviasi dapat pulih pada 2023.
“Target kami sebagai maskapai terlalu berani memang, pendapatan itu 50 persen dari pendapatan pada 2019. Banyak yang bilang recovery penumpang memang 2023, tapi kami percaya punya penumpang yang loyal,” ujar Dirut Garuda Indonesia. Syukurlah, masyarakat akan lega jika lihat target itu.
Apa yang akan ditempuh direksi Garuda agar bangkit kembali? Ini langkah Garuda, pertama akan fokus mengurusi penerbangan domestik mengingat penerbangan batas negara yang masih ditutup. Penerbangan domestik cukup potensial bagi penumpang yang loyal dan memang harus melakukan perjalanan domestik. Garuda juga masih menunggu soal haji dan umroh. Mereka berharap tidak terlalu lama bisa kembali seperti pada 2019.
Kedua, masih berhemat. Garuda juga banyak penghematan, urusan lessor, efisiensi juga. SDM, pengeluaran lain juga dalam pandemi, yang masih belum wajib ditahan sendiri. Misalkan, berdasarkan hasil negosiasi dengan lessor pesawat pada 2020, Garuda bisa menghemat mendekati US$15 juta per bulan, atau jika setahun dapat menghemat US$172 juta.
Ketiga, mulai menggeser lebih besar bagi angkutan kargo. Fakta 2020, pendapatan perseroan dari aktivitas kargo dan carter pesawat masih meningkat. Contohnya November kargo Garuda tumbuh 12 persen. Diangkut 24.000–25.000 ton. Garuda tengah berupaya menggeser porsi pendapatannya dari yang 80 persen penumpang dan 20 persen kargo udara menjadi 70 persen penumpang dan 30 persen kargo udara.
“Maka kami lakukan aktivitas baru di kargo, kami kerja sama dengan pemerintah daerah, menyediakan khusus untuk ekspor. Ada penerbangan dari Manado ke Tokyo, dari Makassar ke Singapura, dari Denpasar ke Hongkong,” kata Dirut Garuda.
Setidaknya upaya-upaya yang dilakukan itu dinilai berbagai kalangan realistis, apalagi disertai sentimen positif. Seperti halnya pemerintah telah memperbolehkan kapasitas penumpang atau seat load factor [SLF] untuk penumpang mencapai 100 persen, yang menjadi berita baik bagi GIAA.
Sentimen positif lainnya adalah program vaksinasi di awal 2021. Ini akan meningkatkan kepercayaan diri masyarakat untuk bepergian lebih sering. Inilah yang membuat Garuda berharap jumlah penumpang rata-rata akan kembali mencapai titik normal di level 75 persen pada kuartal IV/2021.
Sentimen positif lainnya, inisiatif pemerintah meningkatkan pariwisata melalui holding BUMN pariwisata akan turut membantu kinerja perseroan. Rencananya ada merger Garuda dengan BUMN sektor pariwisata lainnya untuk membangun perusahaan holding untuk pariwisata dan sektor penerbangan. BUMN-BUMN ini akan beroperasi di bawah holding tersebut yakni Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, GIIA, Inna Hotels and Resorts, Sarinah, dan PT Indonesia Tourism Development Corporation and Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko.
Itulah setidaknya yang memberi cahaya untuk Garuda, sehingga pada saat usia ke-73 tahun nanti sudah baik. Selamat ulang tahun Garuda, semoga senantiasa sehat dan dibukakan pintu rezeki. (**)