Mengenal Suku Osing, Keturunan Rakyat Kerajaan Blambangan

Bagikan

Mengenal Suku Osing, Keturunan Rakyat Kerajaan Blambangan
Sumber Foto: Istimewa

Jakarta (16/7/2022): Suku Jawa, bukanlah satu-satunya suku yang menempati Pulau Jawa. Di salah satu pulau terbesar di Indonesia ini juga terdapat suku lainnya yang menempati pulau tersebut, di antaranya adalah Suku Sunda, Baduy dan Osing.

Suku Osing, mungkin terdengar kurang familiar di telinga masyarakat Indonesia. Namun, suku ini berasal dari ujung timur Pulau Jawa, tepatnya Kabupaten Banyuwangi. Wong Osing, begitu sapaan akrab mereka dikenal, merupakan penduduk asli Banyuwangi yang hingga saat ini masih mempertahankan adat istiadatnya, mulai dari pakaian, tradisi dan bahasa sebagai identitasnya. Suku ini bisa ditemukan di beberapa daerah di Banyuwangi, salah satunya adalah di Desa Kemiren.

Berdasarkan cerita masyarakat, suku Osing atau suku Using merupakan keturunan rakyat Kerajaan Blambangan yang mengasingkan diri pada zaman Kerajaan Majapahit. Nama Osing diberikan oleh penduduk pendatang yang menetap di daerah itu pada abad ke-19.

Dikutip dari sebuah jurnal yang berjudul “Kajian Bahasa Osing Dalam Modernitas” karya Andhika Wayudiono menyebutkan, bahwa Osing berasal dari kata Using yang dalam bahasa Bali berarti tidak. Hal ini menunjukkan sikap warga yang menolak pengaruh dari luar pada zaman dulu.

Masyarakat Blambangan Cikal Bakal Suku Osing (sub judul)

Keberadaan suku Osing di Banyuwangi tak terlepas dari Kerjaan Blambangan dan puputan bayu.

Dikutip dari sebuah jurnal “Perancangan Film Dokumenter: Tribute to East Java Heritage” karya Evan Permana menyebutkan, pada akhir kekuasaan Kerajaan Majapahit terjadi perang saudara yang membuat banyak wilayah Majapahit menjadi lemah.

Tak dapat dipungkiri, konflik internal yang terjadi di dalam Majapahit membuat kerajaan tersebut akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Malaka.

Kerajaan Blambangan yang merupakan bagian dari Majapahit pun akhirnya berdiri sebagai kerajaan sendiri. Selama kurun waktu dua abad, yakni sekitar tahun 1546 sampai tahun 1764, Kerajaan Blambangan kerap menjadi sasaran penaklukan dari kerajaan sekitarnya.

Akhirnya, penduduk Kerajaan Blambangan pun melakukan migrasi ke sejumlah daerah karena serangan-serangan dari kerajaan sekitar.

Baca Juga :  Kemendagri: Inovasi Pada 6 Area Sejalan Dengan Reformasi Birokrasi Pada 8 Area

Lalu, mereka pun tersebar ke sejumlah tempat. Beberapa di antaranya mengungsi ke lereng Gunung Bromo yang kini menjadi suku Tengger, kemudian beberapa ke Bali dan beberapa bertahan Blambangan yang kini dikenal Banyuwangi.

Masyarakat yang memutuskan menetap di Blambangan inilah yang menjadi cikal bakal suku Osing di Banyuwangi.

Sekilas Puputan Bayu (sub judul)

Mengenal Suku Osing, Keturunan Rakyat Kerajaan Blambangan
Rumah tradisional Suku Osing, Sumber Foto: Istimewa

Puputan Bayu adalah peperangan yang terjadi antara pasukan VOC dan pejuang-pejuang Blambangan pada tahun 1771 hingga 1772.

Sekilas Puputan Bayu yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyebutkan, peperangan ini pecah di daerah Bayu, yang kini menjadi Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi.

Pejuang Blambangan dipimpin oleh Rempeg atau yang lebih dikenal dengan julukan Pangeran Jagapati. Ia adalah buyut dari Raja Blambangan, Prabu Susuhan Tawangalun.

Terjadinya Puputan Bayu dipicu oleh tindakan Belanda yang saat itu mulai menguasai daerah Blambangan. Kebijakan Belanda seperti tanam dan kerja paksa yang diterapkan kepada kaum pribumi membuat Raden Jagapati geram.

Tak hanya itu saja. Belanda dan pasukannya pun memperlakukan wanita pribumi dengan semena-mena. Mereka tak memandang apakah si wanita itu gadis, janda atau istri orang. Hal ini membuat kemarahan Raden Jagapati memuncak. Lalu, ia menyusun rencana di daerah Bayu bersama para pejuang untuk menyingkirkan Belanda.

Banyak penduduk daerah lain yang bergabung dengan Jagapati di Bayu. Akhirnya, wilayah ini menjadi kekuatan baru yang dianggap berbahaya bagi kedudukan VOC di Blambangan.

Puncak Puputan Bayu terjadi pada 18 Desember 1771 dan peperangan tersebut memakan banyak korban dari kedua belah pihak.

Ibu kota Blambangan lalu dipindahkan ke Banyuwangi. Perang ini berakhir setelah VOC berhasil merebut benteng milik pejuang pada 11 Oktober 1772. Penduduk Blambangan yang bertahan di kawasan Banyuwangi inilah akhirnya yang menjadi suku Osing. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait