
Jakarta, Nusantara Info: Penyelesaian utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh kembali menjadi sorotan publik. PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI kini menyerahkan sepenuhnya proses restrukturisasi utang proyek transportasi modern itu kepada Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin mengatakan bahwa langkah tersebut diambil agar penyelesaian masalah keuangan proyek berjalan lebih terkoordinasi di bawah kendali holding BUMN.
“Kami sudah koordinasi dengan Danantara sebagai holding dari KAI,” ujar Bobby usai bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2025).
Menurut Bobby, pembahasan mengenai restrukturisasi utang kini sedang berlangsung antara Danantara dan pemerintah. Ia menegaskan bahwa KAI akan tetap memberikan dukungan penuh kepada proyek kereta cepat, baik dari sisi manajemen maupun operasional.
“Kita tetap support, karena ini bagian dari operasi. Kami akan terus mendukung KCIC,” ucapnya.
KAI merupakan pemimpin dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang bekerja sama dengan China Railway International Company Ltd melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Sebagai BUMN utama di balik proyek ini, KAI memegang tanggung jawab besar dalam pengoperasian dan keberlanjutan proyek strategis tersebut.
AHY: Negara Akan Hadir, APBN Siap Ambil Bagian
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan bahwa pemerintah akan memastikan keberlanjutan proyek Kereta Cepat Whoosh, termasuk dalam hal penyelesaian utang.
AHY menyampaikan hal itu usai memimpin rapat koordinasi terbatas di kantornya bersama sejumlah kementerian terkait, yang hasilnya kemudian dilaporkan langsung kepada Presiden Prabowo.
“Arahan Presiden jelas: negara akan hadir untuk mencari solusi terbaik bagi proyek strategis ini,” ungkapnya di Istana Kepresidenan.
Lebih lanjut, AHY membuka peluang keterlibatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membantu menyelesaikan masalah keuangan proyek.
“APBN pasti akan jadi bagian, tapi detailnya akan disampaikan pada kesempatan lain,” terangnya.
Menurut AHY, pemerintah tengah menyiapkan konsep pembagian tanggung jawab (burden sharing) yang memisahkan pengelolaan infrastruktur dan kepentingan komersial proyek.
“Ada opsi pengembangan konsep agar pengelolaan infrastruktur dan orientasi profit berjalan beriringan. Kita akan lakukan sharing responsibility,” imbuhnya.
Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh merupakan proyek strategis nasional pertama di Asia Tenggara yang menjadi simbol modernisasi transportasi publik Indonesia. Namun, proyek ini masih menghadapi tantangan dalam hal pembiayaan dan restrukturisasi utang.
Dengan langkah KAI menyerahkan pengelolaan utang kepada Danantara dan pemerintah berkomitmen hadir lewat APBN, diharapkan proyek ini dapat terus beroperasi optimal dan memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi masyarakat. (*)






