Kisah Pilu dari Desa Kutuh Bali, Menparekraf Sandiaga Siapkan Langkah Strategis

Bagikan

Kisah Pilu dari Desa Kutuh Bali, Menparekraf Sandiaga Siapkan Langkah Strategis
Desa Kutuh Bali
Foto: Kemenparekraf

Bali (14/2/2021): Sebelum pandemi, Desa Kutuh di Bali merupakan desa percontohan. Potret keberhasilan desa wisata. Namun pandemi melahirkan kisah pilu dari desa itu. Roda ekonomi di desa itu nyaris macet.

Kisah pilu itu diketahui ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, di sela kegiatannya berkantor di Bali, melakukan peninjauan ke Desa Wisata Kutuh, di Kabupaten Badung, Kamis (11/2/2021) malam. Pandemi telah menghantam keras Desa Wisata yang telah berstatus mandiri bahkan menjadi percontohan nasional ini.

Sebelum pandemi, seperti dilansir dari kemenparekraf.go.id, Desa Wisata Kutuh dengan Pantai Pandawa sebagai salah satu daya tarik utamanya biasa dikunjungi 3.000 wisatawan per hari. Dari pariwisata, desa ini berhasil menghasilkan Rp50 miliar pertahun.

Kisah Pilu dari Desa Kutuh Bali, Menparekraf Sandiaga Siapkan Langkah Strategis
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat berkunjung ke Desa Wisata Kutuh
Foto: Kemenparekraf

“Tapi karena pandemi, pendapatannya menurun sampai 90 persen sehingga mengakibatkan lebih dari 200 usaha kecil dan lebih dari 290 tenaga kerja serta 3.000 lebih warga di desa adat ini ekonominya sangat menurun,” kata Menparekraf Sandiaga.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa, Bendesa Adat Kutuh I Nyoman Mesir, Kepala Desa Adat Kutuh I Wayan Badra, Ketua Pokdarwis/Ketua New Normal Wayan Duartha, Satgas COVID Desa Kutuh Ketut Gita, Dirut BUMDA Desa Adat Kutuh Ni Luh Hepi Wiradani, serta Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Hari Sungkari dan Deputi Bidang Sumber Daya Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya.

Desa Kutuh, di Kabupaten Badung, Bali menjadi perhatian masyarakat setelah Presiden Joko Widodo berkunjung untuk mengapresiasi desa yang berhasil mengelola dana desa secara tepat sasaran tersebut. Desa yang dahulu miskin itu berhasil meraup pendapatan Rp 50 miliar dan laba bersih Rp 14,5 miliar per tahun dari bisnis pariwisata. Desa Kutuh juga meraih gelar juara I nasional dalam lomba desa kategori regional II (Jawa dan Bali) yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri beberapa waktu lalu. Padahal, dahulu Desa Kutuh merupakan salah satu desa miskin di Bali. Kepala Desa Adat Kutuh, I Made Wena, mengatakan keberhasilan pembangunan di desa itu tidak terlepas dari peran pemimpinnya. “Desa Kutuh memiliki pemimpin yang berasal dari kalangan dosen, pernah menjabat di pemerintahan, dan lainnya,” jelas Wena. Uniknya, desa ini menggunakan sistem dualitas kepemimpinan. Pemimpin pertama disebut sebagai kepala desa adat atau pendesa atau bende desa. Bende desa dapat diartikan sebagai pengikat atau orang yang mengatur desa dan bertanggungjawab langsung kepada masyarakat adat di desanya.

Baca Juga :  Royal Tulip Springhill Resort Menyambut Kembali Tamu Internasional
Kisah Pilu dari Desa Kutuh Bali, Menparekraf Sandiaga Siapkan Langkah Strategis
Pantai Pandawa, salah satu destinasi wisata di Desa Kutuh
Foto: Kemenparekraf

Pemimpin kedua adalah kepala desa sebagai pelaksana tugas administratif atau pemerintahan. Sebagaimana diketahui, pada umumnya kepala desa adalah orang yang dipilih langsung masyarakat dan bertanggung jawab kepada camat. Meskipun ada dua ‘matahari’, kedua pemimpin Desa Kutuh mampu menyelaraskan irama program pemerintah dan suara-suara dari masyarakat sehingga mempercepat proses pembangunan. Alhasil, sistem ini pun diadopsi oleh desa-desa lainnya di Bali.

Total penduduk Desa Kutuh sebanyak 4.170 jiwa dan diklasifikasikan menjadi krama ngarep (penduduk asli desa adat), krama tamiu (warga pendatang yang menetap), dan tamiu (tamu atau pendatang).

Bagaimana mengatasi kepiluan tadi? Dari hasil peninjauan dan diskusi, Menparekraf mengatakan pihaknya akan menyiapkan program dan langkah-langkah strategis yang cepat, tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu.

“Menurut Bendesa Adat, tingkat survival di sini hanya cukup sampai bulan Maret, jadi ini ada kedaruratan. Maka saya langsung membawa kembali proposal yang diajukan dari desa adat, dan akan berdiskusi dengan Wakil Bupati. Harapannya kita bisa memberikan satu sentuhan yang tepat manfaat, tepat sasaran, dan tepat waktu. Karena kita harus betul-betul selamatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Menparekraf Sandiaga.

Kisah Pilu dari Desa Kutuh Bali, Menparekraf Sandiaga Siapkan Langkah Strategis
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno
Foto: Kemenparekraf

Dari Kemenparekraf/Baparekraf sendiri, program yang bisa dijalankan antara lain adalah stimulus, bantuan sosial, program BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman), dan lainnya. “Program-program yang setidaknya bisa menggerakkan aktivitas di sini, dan ini harus kita eksekusi secara cepat,” kata Sandiaga.

Desa Wisata Kutuh yang juga mempunyai lapangan bola dengan rumput terawat rapi mempunyai program unggulan “bolabali”, kegiatan tahunan yang biasanya mendatangkan wisatawan mancanegara.

Tahun ini penyelenggataannya akan dilaksanakan mulai bulan Juli 2021 yang diharapkan akan dikunjungi wisatawan domestik yang tentunya akan meramaikan tidak hanya di acara tapi juga destinasi wisata seperti Pantai Pandawa. Diharapkan kegiatan ini akan menjadi ajang “sport tourism” yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Kisah Pilu dari Desa Kutuh Bali, Menparekraf Sandiaga Siapkan Langkah Strategis
Foto: Kemenparekraf

Sebelumnya, saat bertemu Gubernur Bali I Wayan Koster, Menparekraf mengatakan pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Bali juga sedang merencanakan program padat karya senilai Rp186 miliar yang akan direalisasikan di 177 desa wisata di Bali. Diharapkan 15.000 pekerja pariwisata dan ekonomi kreatif dapat terakomodir dalam program ini setiap harinya. Kegiatan Menparekraf Sandiaga Uno berkantor di Bali kali ini berlangsung hingga Sabtu (13/2/2021) kemarin. (**)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait