Masuk Angin: Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Medis yang Perlu Diketahui

Bagikan

Masuk Angin: Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Medis yang Perlu Diketahui
Ilustras Masuk Angin, Foto: Istimewa

Jakarta, Nusantara Info: Masuk angin merupakan istilah yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir setiap orang pernah merasa “masuk angin” dan secara spontan mencari obat tradisional seperti kerokan, minyak angin, hingga minuman herbal. Namun, di balik popularitasnya, muncul pertanyaan penting: apakah masuk angin itu benar-benar penyakit? Ataukah hanya mitos yang diwariskan secara turun-temurun sehingga menjadi budaya di Indonesia?

Artikel ini akan mengupas tuntas masuk angin dari sudut pandang kesehatan modern, dilengkapi dengan fakta medis yang akurat dan dapat dipercaya.

Apa Itu Masuk Angin dalam Pandangan Masyarakat?

Dalam budaya Indonesia, masuk angin diyakini terjadi ketika “angin” masuk ke dalam tubuh, menyebabkan rasa tidak nyaman. Gejalanya sering dikaitkan dengan merasa kedinginan, perut kembung, sering bersendawa, pegal-pegal, badan terasa tidak enak, dan demam ringan

Biasanya, pengobatan tradisional seperti kerokan, minum jamu, hingga mengoleskan minyak angin menjadi pilihan utama untuk meredakan gejala.

Masuk Angin Menurut Medis: Fakta atau Mitos?

Dalam dunia medis, istilah “masuk angin” sebenarnya tidak dikenal. Dokter lebih mengategorikan gejala masuk angin sebagai gangguan ringan seperti dyspepsia (masalah pencernaan), influenza ringan, common cold (batuk-pilek biasa), dan fatigue (kelelahan).

Menurut salah seorang dokter umum di Jakarta, dr. Riana Ayu menyebutkan bahwa masuk angin hanyalah istilah lokal.

“Dalam dunia medis, keluhan seperti perut kembung, pegal, atau demam ringan biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau gangguan pencernaan, bukan karena ‘angin yang masuk’,” ujarnya.

Jadi, masuk angin adalah istilah kultural, bukan diagnosis medis. Namun, gejala yang dirasakan tetap nyata dan perlu ditangani sesuai penyebabnya.

Apakah Kerokan Efektif Secara Medis?

Kerokan dipercaya dapat “mengeluarkan angin” dari tubuh. Namun, dari sisi medis, kerokan memberikan efek relaksasi dan meningkatkan aliran darah pada kulit, yang memberikan sensasi hangat dan nyaman. Efek ini bisa meredakan keluhan ringan seperti pegal dan rasa tidak nyaman, tetapi tidak menyembuhkan infeksi atau penyakit yang lebih serius, melainkan kerokan bisa menciptakan efek pelebaran pembuluh darah di bawah kulit

Baca Juga :  Pemprov Malut Gelontorkan Dana Beasiswa Rp3 Miliar

Beberapa penelitian menyebutkan, kerokan bisa membantu meningkatkan sirkulasi darah lokal dan memicu pelepasan hormon endorfin yang membuat tubuh terasa lebih baik. Namun, kerokan tidak menyembuhkan penyebab utama seperti infeksi virus atau masalah pencernaan.

Masuk Angin: Apa yang Harus Dilakukan?

Jika Anda merasa masuk angin, berikut adalah langkah yang dianjurkan secara medis:

  • Istirahat cukup
  • Konsumsi makanan hangat dan mudah dicerna
  • Minum air putih yang cukup
  • Hindari makanan berlemak dan minuman dingin
  • Mengonsumsi obat sesuai gejala, misalnya obat pencernaan atau pereda nyeri

Jika gejala seperti demam tinggi lebih dari tiga hari, muntah, atau nyeri hebat muncul, dan sesak napas segera konsultasikan dengan dokter.

Masuk Angin, Mitos yang Diakui Gejalanya

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masuk angin adalah istilah budaya, bukan istilah medis. Namun, gejala masuk angin ini nyata dan sering disebabkan oleh infeksi ringan, gangguan pencernaan, atau kelelahan.

Pengobatan tradisional seperti kerokan dan minyak angin memberikan efek nyaman, tetapi tidak menyembuhkan penyakit yang lebih serius, sehingga penting untuk tetap memperhatikan kondisi tubuh dan berkonsultasi dengan tenaga medis jika gejala berlanjut atau memburuk.

Masuk angin mungkin sebuah mitos secara istilah, tapi pengalaman tubuh yang dirasakan tetap fakta yang harus dipahami dan ditangani dengan bijak.

Dengan memahami masuk angin secara ilmiah, kita dapat lebih bijak dalam memilih pengobatan dan tidak terjebak pada mitos yang belum terbukti secara medis. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait