Jakarta (6/2/2021): Di Kalimantan ada banyak suku dayak, salah satunya adalah Suku Dayak Punan atau Orang Punan. Suku Dayak ini satu rumpun dengan Suku Dayak yang ada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Suku ini hidup nomaden, mereka mengikuti siklus migrasi hewan dan juga siklus tumbuhan di hutan.
Suku Dayak Punan merupakan Suku Dayak primitif, mereka tinggal di goa-goa, anak-anak sungai dan lain sebagainya. Suku Dayak Punan ini menguasai hutan rimba Kalimantan, tepatnya di pedalaman Puruk Cahu dan populasi orang Punan ini paling banyak ditemui di wilayah Kalimantan Timur.
Berdasarkan cerita yang ada, asal-usul Suku Punan berasal dari negeri Yunnan, daratan Cina. Mereka dari salah satu kerajaan Cina yang kalah dalam berperang, lalu mereka lari menggunakan perahu hingga ke Pulau Borneo. Karena merasa aman, mereka pun menetap di daratan tersebut. Selain itu, ada juga Dayak Punan yang tersebar di Sabah dan Serawak, Malaysia Timur, dan wilayah lainnya yang masih menjadi bagian Kalimantan.
Menurut keterangan warga setempat, Suku Punan ditakuti oleh banyak orang karena beringas. Di antara 400-an Suku Dayak yang ada di Kalimantan, Dayak Punan adalah suku yang memiliki segala “kelebihan” di antara Suku Dayak lainnya. Suku ini dikenal sebagai suku yang paling tangguh, hebat saat berperang dan berburu, hingga dapat bertahan hidup di hutan.
Pencari Jejak Terbaik di Hutan
Selain andal dalam berperang, orang Punan juga dikenal sebagai pencari jejak terbaik di hutan. Jika ada salah seorang atau masyarakat desa yang hilang atau tersesat di hutan, biasanya masyarakat akan meminta bantuan kepada orang Punan untuk mencarinya. Untuk imbalannya, orang Punan biasanya akan meminta garam atau tembakau yang merupakan kebutuhan pangan mereka sehari-hari.
Keadaan hidup orang Punan yang primitif, membuat mereka hidup berpindah-pindah untuk menghindari manusia lain. Tidak hanya itu saja, mereka juga akan memberikan banyak tanda apa bila ada di antara mereka yang meninggal. Setelah dikubur, Suku Punan akan berpindah menuju daerah lain. Hal ini disebabkan mereka mempercayai bahwa roh orang yang meninggal akan bergentayangan dan membuat hidup mereka tidak tentram.
Punan primitif bertahan hidup dengan bergantung pada alam. Orang Punan biasa berburu hewan liar dan memakan sayur-sayuran yang mereka petik di hutang dan memakannya langsung. Bahkan untuk daging yang mereka dapatkan dari hasil berburu, biasanya dijemur di bawah terik matahari hingga menjadi daging asin atau dendeng.
Dayak Punan terbagi menjadi sepuluh suku, yaitu Suku Punan Hovogan di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Suku Uheng Kahero di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Suku Punan Murung di Murung Raya, Kalimantan Tengah, Suku Ahoeng (Suku Penihing) di Kalimantan Timur, Suku Punan Merah (Siau), Suku Punan Aput, Suku Merap, Suku Punan Tubu, Suku Ukit dan Suku Bukat. Lalu Suku Punan Habongkot, Suku Panyawung, serta Suku Punan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Saat ini, sebagian besar Suku Punan sudah mulai hidup secara modern. Namun demikian, Suku Dayak Punan tidak akan rela hutan mereka dijadikan perusahaan. Dan berdasarkan hasil sebuah penelitan menyebutkan, bahwa suku primitif Dayak Punan masih ada juga yang tinggal di goa-goa rimba di pedalaman Kalimantan. Salah satunya adalah masyarakat adat Punan Adiu di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, yang sangat menjaga hutan mereka, hingga hutan mereka disebut sebagai kawasan percontohan pengelolaan hutan adat. (*)