
Jakarta, Nusantara Info: Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa perlambatan ekonomi Indonesia pada paruh pertama 2025 disebabkan oleh lambatnya realisasi belanja pemerintah. Kondisi itu membuat konsumsi pemerintah yang merupakan komponen penting dalam penghitungan pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi dalam dua kuartal awal tahun.
Dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (27/11/2025), Purbaya menjelaskan belanja pemerintah tercatat turun -1,37 persen pada kuartal I 2025 dan -0,33 persen pada kuartal II 2025.
“Kuartal III (2025) sekarang tumbuh positif 5,5 persen. Jadi, di dua kuartal pertama tahun ini pemerintah belanjanya lambat sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi kita,” ujar Purbaya.
Ia memastikan bahwa pemerintah memperbaiki pola realisasi anggaran agar tidak kembali mengulang keterlambatan yang sama.
“Ini kita perbaiki dan ke depan saya pastikan di kuartal I tahun depan (2026) kita akan tumbuh terus. Kita akan cegah belanja yang terlambat dari pemerintah sehingga dorongan ke ekonominya akan tetap kuat,” ungkap Purbaya.
Pertumbuhan Ekonomi 2025 Melambat di Awal Tahun
- Kuartal I 2025: 4,87 persen yoy
- Kuartal II 2025: 5,12 persen yoy
- Kuartal III 2025: 5,04 persen yoy
Purbaya menegaskan bahwa konsumsi pemerintah yang melemah menjadi salah satu faktor utama tertahannya pertumbuhan ekonomi nasional pada periode tersebut.
Wamenkeu Jelaskan Penyebab Belanja K/L Terhambat
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menambahkan bahwa perlambatan belanja kementerian/lembaga (K/L) pada awal tahun disebabkan oleh kebijakan efisiensi anggaran yang diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025.
Ia menjelaskan bahwa proses efisiensi dan pencadangan anggaran dilakukan sejak Februari 2025. Dampaknya, pemblokiran anggaran baru mulai dilakukan pada Maret, kemudian dibuka kembali pada April setelah adanya relokasi dan penyesuaian.
“Belanja barang terutama baru mulai April–Mei, dan terus meningkat hingga Juli, Agustus, September, Oktober,” kata Suahasil.
Ia menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong setiap K/L untuk mempercepat realisasi agar memberikan stimulus optimal pada perekonomian.
“Pola belanja seperti biasa, Oktober, November, Desember akan tinggi,” pungkasnya. (*)






