Jakarta (29/3/2022): Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan kebijakan yang diambil pemerintah dalam memberlakukan bebas karantina terhadap Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) ke Bali, Batam, dan Bintan dan kemudian diperluas ke 7 pintu masuk di Indonesia, memberikan dampak yang positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
Dampak tersebut juga diperkuat dengan layanan Visa On Arrival (VOA) khusus wisata yang diberikan pemerintah kepada PPLN dari 42 negara ke Bali serta Batam dan Bintan.
“Ini adalah kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu. Dan Alhamdulillah tidak memicu peningkatan kasus Covid-19,” kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam “Weekly Press Briefing” yang dilaksanakan secara hybrid dari Gedung Sapta Pesona, Senin (28/3/2022).
Pemerintah sendiri berencana memperluas fasilitas VOA ke beberapa entry point lain di Indonesia, seperti Bandara Kualanamu, Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Juanda, Bandara Sultan Hasanuddin dan Bandara Sam Ratulangi.
Namun Menparekraf memastikan rencana tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan melihat data-data yang ada. Khususnya dalam penanganan pandemi Covid-19 yang saat ini terus membaik serta penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin yang juga terus meningkat.
“Kami melihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkat dan perluasan visa on arrival ini akan bertahap bertingkat dan berkelanjutan,” kata Menparekraf.
“Tentunya ini menjadi satu optimisme baru, momentum kebangkitan ekonomi kita dan bisa membuka peluang usaha dan lapangan kerja,” ujar Menparekraf.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, menjelaskan, kemudahan memasuki wilayah Indonesia memang memberikan dampak yang besar pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara.
Saat ini, kata Nia, pengguna terbesar layanan VOA khusus wisata adalah wisman dari negara-negara seperti Australia, Singapura, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.
“Jadi, bisa dibilang kalau berdasarkan data sebelum pandemi, mereka adalah negara-negara yang spending-nya di atas rata-rata,” ujarnya. (*)