Jakarta (23/12/2021): Setiap Natal, Gereja Katedral Jakarta selalu menjadi sorotan media. Pasalnya, gereja ini selalu ramai dan dipenuhi oleh jemaat yang melakukan ibadah di Hari Raya Natal. Gereja Katolik pertama di Batavia ini memang menarik untuk ditelisik, tidak hanya sekedar keindahan bangunannya saja, tetapi juga sejarahnya.
Gereja Katedral memiliki nama resmi yaitu Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga atau dalam bahasa Belanda yaitu De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming.
Gereja Katedral merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang berada di Jakarta. Sebelum diresmikan sebagai bangunan cagar budaya, gereja ini memiliki sejarah yang panjang dalam pembangunannya.
Pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat Pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda pada tahun 1807. Saat itulah dimulai penyebaran misi dan pembangunan gereja katolik di kawasan nusantara, termasuk di Jakarta.
Tahun 1808, Pastor Nelissen bersama Pastor Prinsen tiba di Batavia melalui Pelabuhan Pasar Ikan. Kemudian mereka bertemu dengan Dokter FCH Assmus untuk membicarakan pendirian gereja katolik di Batavia. Di tahun yang sama, Pastor Nelissen mendapatkan pinjaman sebuah rumah bambu yang terletak di pojok barat daya Buffelvelt yang kini digunakan sebagai gedung Departemen Agama.
Setahun kemudian, umat Katolik mendapatkan hibah sebidang tanah yang terletak di sebelah barat laut Lapangan Banteng dekat pintu air sebagai pengganti rumah bambu. Namun karena ketiadaan dana, pembangunan gereja yang sudah dicanangkan pun urung dilaksanakan. Pihak gereja kemudian memohon kepada pemerintah Batavia untuk memberikan sebuah bangunan kecil yang berlokasi di Jalan Kenanga di kawasan Senen untuk dijadikan sebagai gereja Katolik. Bangunan tersebut merupakan milik Gubernemen yang sudah dibangun sejak tahun 1770 oleh Cornelis Casteleijn di bawah pengawasan Gubernur Van Der Parra.
Bangunan yang memiliki luas sekitar 8×23 meter persegi itu juga sempat menjadi gereja bagi umat Protestan berbahasa Melayu dan Belanda di Batavia. Setelah dilakukan direnovasi di berbagai bagiannya, kemudian bangunan itu dijadikan gereja Katolik yang dapat menampung hingga 200 orang jemaat. Pastor Nelissen sendiri yang memberkati bangunan gereja tersebut bersama dengan Santo Ludovikus sebagai pelindungnya.
Kebakaran Besar
Gereja Katolik pertama di Batavia itu berdiri tidak lama. Tahun 1826, terjadi kebakaran besar yang menghanguskan banyak bangunan di kawasan Senen, termasuk bagian pastoral. Bangunan gereja tidak ikut terbakar, meski mengalami kerusakan pada beberap bagiannya. Pasca kebakaran, bangunan gereja tidak direnovasi, mengingat tanah tersebut bukanlah tanah milik gereja.
Setelah tragedi yang memilukan tersebut, umat Katolik akhirnya mendapatkan tempat baru untuk dijadikan gereja, tempat tersebut adalah rumah dinas para gubernur yang telah kosong, yang kini menjadi tempat Gereja Katedral menetap.
Lebih dari setengah abad berdiri dan mengalami pembaharuan bangunan, pada tahun 1890 Gereja Katedral kembali menghadapi cobaan. Setelah tiga hari merayakan paskah, gereja tersebut ambruk. Satu tahun setelah itu, bangunan gereja direnovasi dalam dua tahap dan selesai pengerjaannya dalam kurun waktu 10 tahun setelah sempat terhambat pembangunannya.
Bangunan Gereja Katedral diresmikan pada tanggal 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ. Gaya arsitektur Gereja Katedral adalah Neo-gotik dan denah Gereja Katedral berbentuk salib.
Gereja Katedral memiliki tiga Menara, yaitu Menara Angelus Dei yang terletak di atap bagian tengah dan memiliki ketinggian 45 meter dari dasar bangunan Gereja Katedral. Lalu, Menara Benteng Daud yang terletak di sisi kiri pintu masuk utama dengan ketinggian 60 meter dan terakhir adalah Menara Gading yang terletak di sisi kanan pintu masuk utama yang memiliki ketinggian 60 meter. Di antara Menara Benteng Daud dan Menara Gading terdapat jendela kaca bundar yang dikenal dengan sebutan Rozeta.
Kini, gereja yang terletak di Jalan Katedral, Pasar Baru Sawah Besar, Jakarta Pusat, ini sejak tahun 1993 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
Selain itu, gereja ini juga memiliki sebuah museum yang berada di samping kiri gereja dan dekat dengan Gua Maria. Museum ini menyimpan benda-benda bersejarah yang menceritakan perjalanan gereja. Museum dan Gereja Katedral terbuka untuk masyarakat umum, meskipun bukan pemeluk agama Katolik. (*)