Ujoh Bilang (19/1/2021) : Cerita tentang sulitnya akses menuju Ujoh Bilang, ibu kota Kabupaten Mahakam Ulu, di Kalimantan Timur, kerap terdengar. Media lokal rutin memberitakan keterisolasian Mahakam Ulu atau dikenal juga sebagai Mahulu. Banyak harapan bahwa kabupaten yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia, itu selayaknya dipercantik karena posisinya sebagai beranda Indonesia di mata Malaysia.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan pernah menyelengarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Membuka Keterisolasian Kabupaten Mahakam Ulu melalui Pembangunan Sektor Transportasi”, di Bandung beberapa waktu lalu. Dari FGD itu bisa diketahui bahwa Kabupaten Mahakam Ulu adalah daerah otonomi baru, terletak di bagian paling hulu sungai Mahakam. Kondisi geografi yang terpencil, akses transportasi rendah, dan fasilitas dasar pelayanan masyarakat, dan masih sangat minim.
Kabupaten ini terbentuk hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai Barat. Terletak di perbatasan dengan Negara Bagian Sarawak (Malaysia), tepatnya di Kecamatan Long Apari. Seluruh wilayah administrasi kabupaten berada di dalam areal Heart of Borneo (HoB), dengan kawasan hutan seluas lebih dari 85 persen dari luas kabupaten.
Jalur transportasi utama di Kabupaten Mahakam Ulu masih mengandalkan sungai. Hingga 90 persen ketergantungan warga menggunakan kapal pedalaman, speedboat, long boat, dan perahu ketinting.
Memang beragam cerita kesulitan menembus Mahulu. Tetapi intinya, kalau menggunakan transportasi air menyusuri Sungai Mahakam dari Samarinda butuh dua hari hingga ke Ujoh Bilang. Jika menggunakan transportasi darat perlu 14-15 jam dari Samarinda. Paling cepat menggunakan pesawat terbang perintis. Cuma, penerbangan perintis hanya rute Samarinda-Datah Dawai-Melak-Datah Dawai-Samarinda. Bandara Datah Dawai letaknya juga cukup jauh dari ibu kota Kabupaten Mahulu sekitar 5-6 jam perjalanan menggunakan speedboat.
Membangun Bandara Baru
Atas dasar pertimbangan kecepatan itulah maka pembangunan bandara di Ujoh Bilang sudah selayaknya direalisasikan. Mengutip presentasi dari Dinas Perhubungan Mahulu, lokasi Bandara Ujoh Bilang terletak di Kampung Ujoh Bilang Kecamatan Long Bagun.
Disebutkannya bahwa pengadaan lahan dilakukan dalam beberapa tahap yakni tahap I tahun 2019 seluas 90 ha dan Tahap II tahun 2020 seluas 160,5 ha. Izin prinsip pembangunan bandara keluar tahun 2018 bernomor AU.101/1/20/DRJU.DBU/2018 dari Direktorat Jendaral Perhubungan Udara Kemenhub. Begitupun telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Lokasi Bandar Udara Ujoh Bilang dari Gubernur Kalimantan Timur tanggal 7 Oktober 2019, Nomor : 590/K.519/2019.
Rencana pembangunan fisik Bandar Udara Ujoh Bilang pada tahun 2021-2024 dengan skema pembiayaan yakni : pada sisi udara dilaksanakan oleh Kemenhub (APBN) dan pada sisi darat dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (APBD Prov, BANKEU Prov.) dan Pemerintah Daerah Kab. Mahakam Ulu (APBD kab. Mahakam Ulu). Rencana panjang runway untuk tahap I 1.600 m x 30 m dan akan dikembangkan 2.500 m x 30 m sesuai kebutuhan.
Dilansir dari humas.mahakamulukab.go.id, pada Desember tahun lalu Kepala BPN Kubar telah menyerahkan sertifikat tanah hak pakai Bandar Udara Ujoh Bilang Tahap I seluas 90 hektare yang berlangsung di Hotel Grand Family Kutai Barat.
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kutai Barat Idrus Alaydrus menyatakan pembangunan Bandar Udara Ujoh Bilang merupakan pilot project tersukses di Kalimantan Timur yang hingga tahap 19 mengikuti setiap aturan yang berlaku.
“Terus terang saja, Bandar Udara Ujoh Bilang Mahulu merupakan pilot proyek yang tersukses di Kalimantan Timur, karena mengapa karena kita mengikuti sesuai aturan yang berlaku dan kita ikuti setiap tahapan-tahapannya,” kata Kepala BPN.
Lebih lanjut disampaikan Kepala BPN Kubar, penyelesaian tahap pertama dengan diserahkannya sertifikat tanah hak pakai Bandar Udara Ujoh Bilang Tahap I seluas 90 hektare, tahun 2021 dapat berlanjut ke tahap kedua pembebasan lahan seluas 160,5 hektare.
“Kami juga sudah membuat surat kepada Kapolres dan Kejari untuk anggota yang melaksanakan tahap kedua ini bisa untuk kita dapat bergerak, dan pada bulan Januari tim satgas A yang melakukan pengukuran ini bisa melaksanakan tugasnya, kami berharap bahwa sukses dari tahap pertama seluas 90 hektare itu dapat berlanjut di tahun 2021 ini seluas 160,5 hektare,” katanya. (*)