Jakarta (15/7/2024): Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), Agung Budi Waskito mengakui beban bunga hutang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh sangat tinggi dan membebani kinerja keuangan perseroan. Akibatnya, perusahaan mencatatkan kerugian Rp56 triliun pada tahun buku 2023.
“Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun sehingga hampir Rp12 triliun,” ujar Agung Budi di DPR, Senin (8/7/2024).
Agung mengaku, tingginya penyertaan untuk proyek kereta cepat ini membuat perseroan semakin rajin untuk menerbitkan obligasi demi mendapatkan pinjaman. Saat ini, total beban bunga yang ditanggung perseroan lewat penerbitan obligasi tembus Rp11 triliun.
“Memang dengan pinjaman yang cukup besar ini di dalam laporan tadi ada dua komponen, pertama adalah beban bunga yang memang cukup tinggi. Yang kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 itu kita juga sudah mulai mencatat adanya kerugian dari PSBI atau Kereta Cepat yang tiap tahun juga cukup besar,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Agung menjelaskan dalam proyek Kereta Cepat Whoosh ini perseroan menjadi anggota konsorsium di balik pembentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Selain WIKA yang memiliki saham sebanyak 39,12 persen, konsorsium itu juga melibatkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan porsi kepemilikan 51,37 persen, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I dengan porsi 1,21 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan porsi 8,3 persen.
Selanjutnya, pada tahun 2015 PBSI dan Konsorsium asal China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd, membentuk sebuah perusahaan patungan yang diberinama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).