
Sidoarjo, Nusantara Info: Jumlah korban meninggal akibat ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, terus meningkat. Hingga Minggu malam (5/10/2025), jumlah korban tewas mencapai 52 orang, termasuk lima korban yang hanya ditemukan dalam bentuk bagian tubuh. Dari total 156 orang yang terdampak, 104 orang berhasil diselamatkan, sementara proses evakuasi dan identifikasi masih terus berlangsung di lokasi.
Hingga kini, proses evakuasi masih berjalan 24 jam penuh, dengan tim gabungan berupaya menyingkirkan puing-puing bangunan yang tidak stabil. Presiden Prabowo Subianto pun langsung menginstruksikan evaluasi keamanan seluruh pondok pesantren di Indonesia, memastikan tragedi serupa tidak terulang di masa depan.
“Korban dievakuasi mulai dari pintu masuk hingga area belakang bangunan. Hingga laporan terakhir, terdapat 26 korban yang diekstraksi, termasuk empat body part,” ujar Direktur Operasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo. Seluruh korban dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim untuk identifikasi oleh Tim DVI.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan menambahkan sebagian besar korban ditemukan di lantai satu musala ponpes. Proses evakuasi masih menghadapi kendala beton yang menempel di sisi kiri bangunan, sehingga membutuhkan penanganan hati-hati agar tidak menimbulkan runtuhan tambahan.
Selain korban jiwa, petugas gabungan juga menemukan sebuah mobil Mercedes-Benz yang hancur tertimpa reruntuhan di sekitar rumah pengasuh ponpes. Mobil tersebut baru terlihat setelah puing-puing dibersihkan, sementara fokus utama tetap pada penyelamatan santri yang diduga masih tertimbun.
Instruksi Presiden dan Evaluasi Bangunan
Menanggapi tragedi ini, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan pendataan dan pemeriksaan konstruksi seluruh pondok pesantren di Indonesia.
“Evaluasi ke depan, ke semua pondok pesantren, kita harapkan segera didata dan dipastikan keamanan dari sisi bangunan, infrastruktur pondok masing-masing,” kata Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.
Presiden Prabowo juga memerintahkan para menteri dan gubernur untuk memberikan perhatian penuh terhadap penanganan evakuasi di Sidoarjo dan memastikan keselamatan santri di seluruh Indonesia.
Tragedi ambruknya Ponpes Al Khoziny menyoroti pentingnya standar keamanan dan konstruksi bangunan pendidikan berbasis agama. Meski pihak berwenang terus melakukan evakuasi dengan alat berat dan tenaga ahli, fakta bahwa bangunan ini runtuh menimbulkan pertanyaan serius tentang pengawasan pembangunan ponpes.
Bencana ini bukan sekadar soal angka korban; namun juga menjadi alarm nasional bagi seluruh pondok pesantren agar meninjau ulang kualitas konstruksi dan manajemen risiko. Kejadian di Sidoarjo mengingatkan bahwa keamanan santri harus menjadi prioritas, bukan hanya jumlah santri yang tertampung atau fasilitas yang disediakan.
Hingga saat ini, proses evakuasi masih berlangsung dan belum bisa dipastikan rampung. Presiden Prabowo memantau langsung perkembangan dan memerintahkan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh pondok pesantren di Indonesia. Masyarakat menunggu langkah konkret pemerintah agar tragedi serupa tidak terulang, sekaligus memastikan keamanan anak-anak dan santri di masa depan. (*)