
Jakarta, Nusantara Info: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani memberikan penjelasan terkait tingginya korban akibat banjir dan longsor yang melanda Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
Menurut Teuku, meski BMKG sudah memberikan peringatan dini, kesiapsiagaan di Indonesia belum optimal karena negara ini tidak terbiasa menghadapi siklon tropis.
“Mengapa kesiapsiagaannya masih belum optimal? Ini karena sejak dari kita tumbuh, kita tidak merasa bahwa Indonesia rawan terhadap siklon. Itu biasanya terjadi di daerah di atas 5 derajat Lintang Utara atau Selatan, seperti Jepang, Taiwan, Filipina, dan Hongkong,” ujarnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/12/2025).
“Kita siklon tropis itu bukan kejadian yang lazim karena kita berada tidak lebih dari 5 derajat Lintang Utara atau Selatan. Ini kejadian akibat anomali cuaca dan atmosfer, sehingga terjadilah siklon. Secara prinsip, kita belum begitu siap menghadapi bencana dengan eskalasi sebesar ini,” sambungnya.
Meski demikian, Teuku menegaskan pemerintah tetap menyiapkan mitigasi untuk bencana hidrometeorologi.
“Ketika diberi informasi soal siklon, persiapannya cukup banyak. Personel di daerah disiagakan, drainase dibersihkan, dan masyarakat diminta menyiapkan bahan makanan agar bertahan jika terisolasi,” ungkapnya.
Peringatan Dini Telah Disampaikan
Lebih lanjut Teuku mengatakan, bahwa BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem di Sumatera Utara sejak 8 hari sebelum bencana. Untuk Aceh dan Sumatera Barat, peringatan diterbitkan 4 hari sebelumnya. Hal ini disampaikan Teuku dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR di Gedung DPR, Senayan, Senin (1/12/2025).
“Ini kami sampaikan bahwa BMKG telah menerbitkan press release untuk potensi bencana siklon atau cuaca ekstrem di Aceh dan Sumatera Barat 4 hari sebelum bencana, sedangkan untuk Sumatera Utara sejak 8 hari sebelumnya,” jelasnya.
Peringatan ini disampaikan kepada kepala daerah, Forkopimda, BPBD, dan terus diperbarui setiap dua hari. “Beberapa kepala daerah memberikan respons positif dengan mengingatkan warganya melalui berbagai kanal,” terang Teuku.
Indonesia Belum Siap Hadapi Siklon Tropis
Teuku menjelaskan, eskalasi besar bencana banjir dan longsor terjadi karena Indonesia tidak memiliki pengalaman menghadapi siklon tropis yang lazim terjadi di negara lain.
“Di atas utara Papua terbentuk bibit siklon tahunan yang bergerak melintasi Filipina hingga Laut Cina Selatan lebih dari 10 kali setahun. Negara-negara itu lebih siap,” tuturnya.
Menurut BMKG, kejadian ekstrem ini merupakan anomali cuaca dan atmosfer, sehingga pemerintah perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi menghadapi bencana di masa depan. (*)






