Jakarta (28/5/2021): Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, disiapkan untuk dioperasikan pada awal Juni 2021.
Sejumlah aspek administrasi sudah disiapkan, antara lain diterbitkannya Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 98 Tahun 2021 tertanggal 22 April 2021 yang menetapkan secara resmi bahwa pengelolaan Bandara Jenderal Besar Soedirman berada di bawah PT Angkasa Pura II (Persero).
“Surat keputusan tersebut menyatakan bahwa bandara yang dikelola AP II total berjumlah 20 bandara, ada penambahan satu bandara yaitu Bandara Jenderal Besar Soedirman. Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan keputusan Kementerian Perhubungan yang menetapkan AP II selaku pengelola 20 bandara di Indonesia,” ujar President Director AP II Muhammad Awaluddin.
Kementerian Perhubungan juga telah menerbitkan Sertifikat Bandara Udara No: 0163/SBU-DBU/IV/2021 bagi Bandara Jenderal Besar Soedirman. Dokumen mandatori lainnya pun sudah disusun dan disetujui.
“Dokumen mandatori tersebut adalah Airport Security Programme, Aerodrome Manual, Emergency Plan Document, Safety Management System Manual, Safety Risk Assessment, dan SOP Airside Operation,” papar Muhammad Awaluddin.
Dalam rangka persiapan operasional, Muhammad Awaluddin juga telah melakukan pertemuan dan koordinasi dengan Panglima Komando Operasi TNI AU II Marsda TNI Minggit Tribowo.
Bandara Jenderal Besar Soedirman sendiri merupakan bandara penunjang penerbangan bagi wilayah sekitar antara lain Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Wonosobo.
“Penerbangan komersial di wilayah kabupaten dan kota tersebut dibuka perdana dengan adanya Bandara Jenderal Besar Soedirman. Dengan kata lain, bandara ini merupakan pelopor konektivitas penerbangan komersial di wilayah tersebut,” ungkap Muhammad Awaluddin.
Persiapan aspek Operasional
Sebagai bagian dari persiapan aspek operasional, AP II tuntas membangun fasilitas sisi udara (airside) meliputi runway berdimensi 1.600 x 30 meter untuk mengakomodir penerbangan pesawat propeller ATR 72-600 dan sejenis, apron seluas 69 x 103 meter dan taxiway dengan lebar 15 meter.
“Setelah pembangunan tuntas 100%, dilakukan proving flight oleh Kemenhub dan Citilink, yang berjalan dengan lancar dan sukses,” ujar Muhammad Awaluddin.
Untuk sisi darat (landside), sudah diselesaikan pembangunan terminal penumpang dalam rangka minimum operation.
Personel bandara
Muhammad Awaluddin menuturkan personel AP II siap mendukung operasional bandara, antara lain dari unit Aviation Security (Avsec), Apron Movement Control (AMC) dan Airport Rescue and Fire Fighting (ARFF) sudah siap, di samping personel administrasi dan maintenance yang juga sudah siap.
Stakeholder lain yang dipastikan mendukung operasional bandara antara lain ground handling, Pertamina, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kementerian Kesehatan (KKP Kemenkes), BMKG, AirNav Indonesia, serta maskapai Citilink, hingga penyedia transportasi moda darat.
“Citilink menyambut positif dan mendukung rencana operasional penerbangan komersial di Bandara Jenderal Besar Soedirman,” ujar Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo.
Selain itu, Direktur Utama AirNav Indonesia M. Pramintohadi Sukarno juga menyatakan kesiapan AirNav Indonesia.
“Kami sudah menyiapkan prosedur, SDM dan safety assesment untuk layanan navigasi bandara ini. Semuanya baik dan siap mendukung pengoperasian bandara Jenderal Besar Soedirman yang rencana dioperasikan pada awal Juni 2021,” katanya.
Pada 1 April lalu, saat uji coba pendaratan pesawat Citilink ATR 72-600 telah diterapkan prosedur pendaratan berbasis PBN (Perfomance Based Navigation).
AirNav Indonesia berharap pengoperasian bandara ini dapat mendukung pertumbuhan penerbangan di Selatan Jawa dan berdampak terhadap perekonomian masyarakat.
Pendukung konektivitas udara
Muhammad Awaluddin menyampaikan, bahwa di Pulau Jawa, trafik penerbangan lebih banyak di wilayah utara. Lokasi Bandara Jenderal Besar Soedirman yang lebih ke selatan dapat mendorong pertumbuhan trafik di selatan.
AP II mendorong adanya rute penerbangan di wilayah selatan yang transit di setiap kota, dari barat hingga timur Jawa.
“Misalnya, rute dari Bandara Halim Perdanakusuma [Jakarta] – Bandara Husein Sastranegara [Bandung] – Bandara Jenderal Besar Soedirman [Purbalingga] – Bandara Banyuwangi. Rute yang seperti sebuah ‘tol udara’ ini memungkinkan, apalagi seluruh bandara tersebut dikelola oleh AP II,” ujar Muhammad Awaluddin.
Adapun untuk penerbangan sebaliknya dapat melalui wilayah utara, misalnya Banyuwangi – Surabaya – Semarang – Bandung – Jakarta. (*)