Badan Litbang Kemendagri Lakukan Kajian, Diskusi dan Dorong Percepatan Penyerapan APBD

Bagikan

Badan Litbang Kemendagri Lakukan Kajian, Diskusi dan Dorong Percepatan Penyerapan APBD
Foto: Dok. Balitbang Kemendagri

Jakarta (3/3/2021): Sebagian besar realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan kabupaten/kota setiap tahun dinilai masih rendah dan cenderung mengejar target realisasi di kuartal ke-IV atau akhir tahun anggaran.

Selain itu, kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan penyerapan anggaran juga tidak sama. Pembelanjaan pemerintah daerah dalam melaksanakan pelayanan masyarakat dinilai masih kurang maksimal. Berdasarkan data realisasi anggaran dari Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2019, masih banyak provinsi dan kabupaten/kota yang realisasi belanjanya di bawah 85 persen. Sementara pada 2020, sebagian besar provinsi realisasi belanjanya di bawah rata-rata nasional, yaitu 83,59 persen. Rendahnya penyerapan anggaran ini berakibat tidak maksimalnya pelayanan kepada masyarakat.

Berangkat dari persoalan itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendagri melakukan kajian dengan melakukan diskusi bersama pakar dan pemerintah provinsi, kabupaten/kota secara daring pada hari Jumat (26/02/2021) dan Senin (1/03/2021). Diskusi diikuti oleh pejabat terkait pada Badan Keuangan Daerah, Badan Pendapatan Daerah, Inspektorat, Dinas PU, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten/kota seluruh Indonesia. Diskuai bertujuan untuk mendorong dan menemukan strategi percepatan penyerapan APBD.

Badan Litbang Kemendagri Lakukan Kajian, Diskusi dan Dorong Percepatan Penyerapan APBD
Kepala Balitbang Kemendagri Agus Fatoni, Foto: Dok. Balitbang Kemendagri

Kepala Badan Litbang Kemendagri, Agus Fatoni menjelaskan, dari hasil pembahasan diskusi didapatkan hasil, bahwa setidaknya ada enam faktor yang diduga menyebabkan keterlambatan dalam realisasi APBD, yaitu keterlambatan penetapan peraturan daerah (Perda) terkait APBD; keterlambatan kontrak pekerjaan; keterlambatan penyelesaian pekerjaan; ketidaksediaan dana; keterlambatan pencairan; dan masalah sumber daya manusia. Berbagai temuan sementara tersebut bakal didalami lebih lanjut termasuk mencari solusinya.

Kepala Pusat Litbang Pembangunan dan Keuangan Daerah Badan Litbang Kemendagri, Sumule Tumbo menjelaskan sejumlah temuan sementara Badan Litbang Kemendagri tersebut. Misalnya terkait dengan keterlambatan penetapan Perda terkait APBD. Ia menyebutkan, sejumlah regulasi telah mengatur penyusunan APBD termasuk sanksi yang diterima daerah bila terlambat mengesahkan APBD sesuai jadwal.

Baca Juga :  BSKDN Gelar Bimtek IPKD di Kepri, Tingkatkan Kapasitas Aparatur Pengelola Keuangan Daerah

Kemendagri, lanjut Sumule, setiap tahunnya juga telah mengeluarkan Permendagri tentang pedoman penyusunan APBD. Pedoman ini dapat menjadi landasan pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan, sehingga baik pemerintah daerah maupun DPRD dapat menyusun dan menetapkan APBD sesuai waktu yang ditentukan. “Secara regulasi saya kira lengkap dan tegas menjadi landasan semua pemerintah daerah untuk tepat waktu menetapkan perda APBD,” katanya.

Badan Litbang Kemendagri Lakukan Kajian, Diskusi dan Dorong Percepatan Penyerapan APBD
Foto: Dok. Balitbang Kemendagri

Pembicara pakar dari Universitas Indonesia Deddi Nordiawan menjelaskan, banyak yang dapat dijadikan ukuran kualitas pengelolaan keuangan daerah. Salah satunya adalah realisasi APBD. Ia menyebutkan, APBD merupakan alat fiskal yang menentukan kesejahteraan rakyat yang pelaksanaannya dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan realisasinya.

Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Badan Litbang Kurniasih menjelaskan, bahwa tujuan dari kegiatan ini yakni diharapkan dapat merumuskan strategi percepatan penyerapan APBD. Rumusan itu bakal menjadi bahan rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri, kemeterian dan lembaga terkait, serta pemerintah daerah dalam mengatasi pemasalahan rendahnya penyerapan APBD. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait