
Jakarta, Nusantara Info: Gula membuat hidup terasa manis, namun di balik kenikmatannya tersimpan bahaya serius bagi tubuh. Para ahli menyebut, konsumsi gula berlebihan bisa menstimulasi bagian otak yang memicu rasa senang, sama seperti efek yang dihasilkan oleh zat adiktif tertentu. Tak heran jika banyak orang kesulitan berhenti mengonsumsi makanan manis.
Kecintaan manusia terhadap makanan manis bukanlah hal baru. Sejarah mencatat, bangsa Arab pada abad ke-7 hingga ke-8 memperkenalkan gula ke dunia. Di Baghdad, masyarakat begitu menggemari minuman serbat manis, kue madu, dan gula-gula.
Kata “gula” sendiri berasal dari bahasa Arab “sukkar”, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Eropa menjadi “sugar”. Setelah Perang Salib berakhir pada abad ke-11, kebiasaan menikmati makanan manis pun menyebar ke seluruh Eropa.
Kini, lebih dari 60% produk makanan dan minuman di supermarket modern mengandung gula tambahan, bahkan pada produk yang dianggap sehat seperti granola, salad, dan sup.
Mengapa Gula Bisa Menimbulkan Kecanduan?
Studi menunjukkan bahwa gula mampu mengubah sistem kerja otak, terutama pada jalur saraf yang mengatur dopamin zat kimia yang berperan penting dalam menghasilkan perasaan senang.
“Perubahan ini mirip dengan gangguan penggunaan zat, di mana terjadi siklus keinginan dan konsumsi berlebihan,” kata Nicole Avena, peneliti adiksi makanan di Mount Sinai Morningside, New York.
Namun, tak semua ilmuwan sepakat bahwa gula adalah zat adiktif seperti nikotin atau kokain.
“Yang membuat seseorang ketagihan bukan semata-mata gulanya, tetapi rasa senang yang muncul setelah mengonsumsinya,” jelas Octavian Vasiliu, psikiater dari Universitas Carol Davila, Rumania.
Artinya, kecanduan gula lebih mirip dengan kecanduan perilaku seperti dorongan emosional untuk mencari kenyamanan melalui makanan manis, bukan kecanduan zat murni.
Hubungan Emosi, Stres, dan Gula
Ahli saraf Selena Bartlett dan Kerri Gillespie dari Queensland University of Technology menyebut bahwa stres emosional dapat memicu keinginan kuat untuk mengonsumsi gula.
“Bagi sebagian orang, makanan manis menjadi pelarian untuk menenangkan diri saat stres atau cemas,” kata keduanya dalam pernyataan tertulisnya.
Konsumsi gula yang tinggi dapat menciptakan siklus berbahaya: stres memicu makan manis, lalu gula menyebabkan perubahan hormonal yang justru memperburuk stres dan kelelahan.
Bahaya Nyata Konsumsi Gula Berlebihan
Meski belum pasti dikategorikan sebagai zat adiktif, efek konsumsi gula berlebihan tidak bisa diabaikan.
Menurut penelitian, konsumsi gula tambahan melebihi enam sendok teh per hari untuk perempuan dan sembilan sendok teh untuk pria dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk:
- Diabetes dan obesitas
- Penyakit jantung dan pembuluh darah
- Kerusakan gigi dan kelelahan kronis
- Gangguan neurologis seperti Alzheimer dan demensia
“Orang yang minum empat atau lebih minuman manis dalam seminggu memiliki risiko dua kali lipat mengalami depresi dibandingkan yang jarang mengonsumsinya,” ungkap Gillespie dan Bartlett.
Upaya Mengurangi Kecanduan Gula
Menghentikan kebiasaan makan gula berlebihan tidak mudah, tetapi bukan mustahil. Ahli gizi merekomendasikan beberapa strategi, antara lain:
- Mengurangi konsumsi secara bertahap agar tubuh tidak “kaget”
- Meningkatkan asupan protein dan serat untuk menstabilkan gula darah
- Menerapkan terapi perilaku kognitif (CBT) untuk mengubah kebiasaan makan kompulsif
Beberapa negara bahkan menerapkan pajak gula untuk menekan konsumsi.
Di Inggris, kebijakan pajak dua tingkat pada tahun 2018 membuat produsen mengurangi kadar gula dalam minuman bersoda dan menurunkan tingkat konsumsi masyarakat.
Namun, para ahli menilai kebijakan ini perlu diperluas agar mencakup lebih banyak produk tinggi gula, bukan hanya minuman bersoda.
Gula memang bisa memberikan kebahagiaan sesaat, tetapi efek jangka panjangnya bisa sangat berbahaya bagi tubuh.
Kecanduan gula bukan sekadar soal keinginan, melainkan juga reaksi biologis dan emosional yang kompleks. Mengelola konsumsi gula berarti menjaga keseimbangan antara kenikmatan dan kesehatan karena terlalu banyak manis, bisa berujung pahit bagi hidup Anda. (*)