Bandara Ayawasi, adalah salah satu dari dua bandara yang berada di Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Kehadiran bandara yang terletak di Distrik Aifat Utara, Kampung Ayawasi, ini memiliki dampak positif bagi perekonomian masyarakat daerah tersebut dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat setempat karena sejarah yang dimiliki Bandara Ayawasi.
Bandara yang memiliki landasan pacu sepanjang 830 meter x 23 meter itu awalnya dirintis oleh misionaris Katolik.
Kepala Bandara Ayawasi, Sigit Buntara mengemukakan, meskipun jalur darat di Ayawasi sudah dapat terhubung ke daerah lainnya di Papua Barat, yakni Manokwari, Kambuaya, Sorong dan Sorong Selatan, namun kehadiran Bandara Ayawasi masih menjadi salah satu moda transportasi yang diandalkan, terutama dalam hal mobilisasi, emergency flight dan charter flight.
“Secara ekonomi, kehadiran Bandara Ayawasi memiliki dampak positif karena mempermudah pergerakan orang di daerah tersebut yang ingin keluar dan masuk ke Ayawasi, juga dalam keadaan emergency, transportasi udara yang paling efektif dan cepat untuk digunakan meskipun jalur darat sudah terhubung, tapi membutuhkan waktu yang cukup lama, seperti Ayawasi – Manokwari jika melalui jalur darat dapat memakan waktu tempuh hingga tujuh jam, sedangkan pesawat hanya 50 menit saja,” kata Sigit yang sebelumnya bertugas sebagai Kepala Bandara Kamur di Kabupaten Asmat, Papua.
Bandara Ayawasi, menurut Kabandara, kedepannya dapat dikembangkan, namun membutuhkan lahan untuk pengembangan bandara tersebut.
“Untuk pengembangan bandara, membutuhkan lahan lagi. Sementara, terkait pembebasan lahan adat ini cukup pelik dan rumit,” ujar Sigit.
Terkait pengembangan bandara, sinergitas antara Pemerintah Daerah Kabupaten Maybrat dengan Pemerintah Pusat, yakni Kementerian Perhubungan, belum terjalin. Sementara untuk pengembangan bandara, dukungan dan sinergitas antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat sangat dibutuhkan.
Namun demikian, pengelola Bandara Ayawasi terus berupaya semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan terhadap pengguna jasa bandara. Beberapa program pengembangan Bandara Ayawasi pun sudah terencana dengan baik, di antaranya adalah overlay landasan pacu dan apron menggunakan asphalt hotmix, pengadaan fas/panel PLTS untuk sumber energi listrik secara mandiri yang akan dikerjakan pada Tahun Anggaran 2020 ini, serta mengusulkan renovasi terminal agar menjadi lebih representatif.
Penerbangan di Bandara Ayawasi saat ini sudah dilayani oleh penerbangan perintis reguler Susi Air seminggu dua kali rute Manokwari – Ayawasi PP dan Sorong – Ayawasi PP. Kehidupan sosial masyarakat Ayawasi adalah Pemerintahan, yakni terdapat Koramil TNI, Puskesmas, Polsek dan sekolah, Gereja Misionaris dan gereja lainnya. Sedangkan, kegiatan sehari-hari masyarakat Ayawasi adalah berkebun/berladang di hutan. Dengan hadirnya transportasi udara, tentu dapat menunjang kegiatan masyarakat dalam hal mobilisasi.
“Penerbangan di bandara ini sudah dilayani oleh Susi Air. Saat ini kami fokus memaksimalkan perawatan dan pemeliharaan fasilitas bandara untuk pemenuhan standar pelayanan penerbangan, dan kami juga berharap adanya dukungan warga sekitar untuk hal tersebut,” ungkap Sigit.