Benarkah Tabir Surya Picu Kanker Kulit? Ini Fakta Ilmiahnya

Bagikan

Benarkah Tabir Surya Picu Kanker Kulit? Ini Fakta Ilmiahnya

Jakarta, Nusantara Info: Unggahan di media sosial yang menyebut bahwa penggunaan tabir surya atau sunblock bisa memicu kanker kulit tengah viral dan menyebar cepat. Sejumlah pengguna X (dulu Twitter) hingga konten kreator TikTok menyampaikan klaim bahwa negara-negara yang paling rajin memakai tabir surya justru mencatatkan angka tertinggi kasus kanker kulit. Namun, apakah pernyataan tersebut benar?

Salah satu unggahan bahkan menuliskan, “Itu fakta yang tidak bisa dibantah kalau negara-negara yang paling banyak pakai tabir surya, punya angka kanker kulit tertinggi. Makin sering pakai, makin tinggi prevalensinya.”

Klaim itu disertai grafik yang dikaitkan dengan data kesehatan resmi. Namun saat ditelusuri, pernyataan tersebut tidak didukung bukti ilmiah, bahkan dianggap menyesatkan dan salah kaprah.

Cek Fakta: Tidak Ada Bukti Tabir Surya Sebabkan Kanker Kulit

Faktanya, hingga saat ini tidak ada satu pun bukti ilmiah yang sahih yang menyatakan bahwa penggunaan tabir surya meningkatkan risiko kanker kulit. Sebaliknya, tabir surya justru berfungsi sebagai pelindung kulit dari radiasi ultraviolet (UV) faktor utama penyebab kanker kulit seperti melanoma.

Salah satu data yang diklaim bersumber dari Connecticut Tumor Registry (CTR) ternyata dimanipulasi. Pejabat setempat memastikan grafik tersebut bukan rilis resmi dan isinya telah ditambahi narasi yang menyesatkan. Artinya, klaim yang menyudutkan tabir surya tidak berdiri di atas fakta yang kredibel.

Lalu, Kenapa Kasus Kanker Kulit Meningkat Global?

Meningkatnya angka kanker kulit di berbagai negara memang terjadi, namun hal itu tidak bisa disederhanakan sebagai akibat dari pemakaian tabir surya. Beberapa alasan utama di balik tren tersebut di antaranya:

  • Peningkatan kesadaran dan akses diagnosis dini
  • Pemakaian tabir surya yang tidak konsisten atau salah penggunaan
  • Studi ilmiah lama yang sudah tidak relevan
  • Perubahan iklim yang meningkatkan paparan UV
  • Perilaku masyarakat yang lebih banyak beraktivitas di luar ruangan

Penelitian lintas negara pada akhir 2023 menyimpulkan bahwa narasi yang menyebut tabir surya sebagai penyebab kanker kulit keliru secara metodologis, karena mengabaikan banyak variabel lain.

Data Global: Kasus Tinggi Tidak Sama dengan Kematian Tinggi

Australia mencatat angka kasus kanker kulit tertinggi tahun 2022, dengan 37 kasus baru per 100.000 penduduk. Diikuti oleh Denmark, Norwegia, Selandia Baru, dan Swedia. Namun, yang perlu digarisbawahi, angka kematian akibat kanker kulit justru menurun, berkat kemajuan dalam pengobatan dan deteksi dini.

Baca Juga :  Ini 8 Virus Paling Berbahaya bagi Manusia

Amerika Serikat, meskipun mencatatkan lebih dari 101 ribu kasus kanker kulit, hanya mencatat 7.368 kematian di tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya jumlah kasus tidak serta-merta mencerminkan kegagalan perlindungan, apalagi menyalahkan tabir surya.

Pemakaian Tabir Surya Masih Rendah dan Tidak Konsisten

Ironisnya, banyak orang di negara-negara yang disebut “pengguna tabir surya terbanyak” justru tidak rutin menggunakan perlindungan tersebut. Data dari Biro Statistik Australia menyebutkan hanya 38% orang dewasa memakai tabir surya SPF 30 ke atas secara teratur.

Survei di AS juga menunjukkan hanya 41% responden yang memakai tabir surya lebih dari 60 hari dalam setahun, dan 13% lainnya tidak pernah menggunakannya sama sekali. Anak muda usia 15–24 tahun paling sering mengalami kulit terbakar akibat matahari (sunburn), faktor risiko utama kanker kulit.

Di Jerman, setengah dari responden dalam survei online mengatakan mereka hanya memakai tabir surya saat musim panas atau ketika cuaca sangat terik.

Tabir Surya: Perlindungan yang Sering Disepelekan

Meski pasar tabir surya global diperkirakan mencapai nilai lebih dari $13,5 miliar pada 2028, edukasi pemakaian yang tepat masih kurang. Banyak orang memakai terlalu sedikit, tidak mengoleskan ulang, atau hanya menggunakannya saat berlibur.

Padahal, tabir surya harus digunakan setiap hari, bahkan saat cuaca mendung, terutama di negara tropis seperti Indonesia.

Pakar kanker kulit menegaskan, tidak ada statistik negara manapun yang mampu mengaitkan secara langsung penggunaan tabir surya dengan kenaikan prevalensi kanker kulit. Narasi yang beredar saat ini lebih banyak berdasarkan asumsi tanpa kontrol ilmiah yang valid.

Klaim bahwa tabir surya menyebabkan kanker kulit adalah disinformasi yang berbahaya. Justru, menghindari penggunaan tabir surya bisa meningkatkan risiko terkena kanker kulit akibat paparan UV tanpa perlindungan.

Penting bagi masyarakat untuk menggunakan tabir surya dengan benar, konsisten, dan memahami bahwa perlindungan terhadap sinar UV adalah salah satu bentuk pencegahan kanker paling sederhana namun efektif. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait