Jakarta (18/9/2023): Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mematangkan rencana kolaborasi riset dan pembinaan Inovasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kerja sama tersebut diharapkan dapat memaksimalkan upaya pemanfaatan riset guna meningkatkan pertumbuhan inovasi dan menyelesaikan beragam permasalahan yang dihadapi daerah.
Hal itu disampaikan Kepala BSKDN Yusharto Huntoyungo saat memimpin Rapat Kerja Sama Riset dan Penyusunan Strategi Kebijakan bersama BRIN. Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang Video Conference BSKDN pada Jumat (15/9/2023).
Melalui kolaborasi riset dan pembinaan inovasi dengan BRIN, Yusharto berharap pemerintah daerah (Pemda) dapat menggunakan hasil-hasil penelitian sebagai referensi dalam menyusun strategi kebijakan. Menurutnya, penggunaan hasil penelitian yang akurat tersebut dapat meningkatkan efektivitas, efesiensi, dan inklusivitas kebijakan ketika diimplementasikan di lapangan.
“Jangan sampai hanya (berhenti) di isu saja tapi tidak pernah menjadi kebijakan. Nah untuk melahirkan kebijakan yang berkualitas ini kan mereka (Pemda) perlu referensi. Referensinya adalah hasil penelitian,” terangnya.
Hasil penelitian bersama BRIN, nantinya akan didistribusikan ke daerah secepat mungkin. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut masih relevan dengan kondisi terkini yang terjadi di lapangan. “Setelah informasi itu ada, bagaimana kita distribusikan dengan cepat sehingga tidak kehilangan momentum, hasil penelitian itu sesuai dengan kondisi yang ada saat ini, kemudian bisa menjadi kebijakan,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, Kepala Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat BRIN Agus Eko Nugroho mengatakan, kolaborasi riset dan pembinaan inovasi yang akan dilakukan bersama BSKDN ruang lingkupnya akan lebih luas. Hal ini diharapkan agar hasil penelitiannya nanti dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak.
“Ini kan (kolaborasi riset dan pembinaan inovasi) tidak harus aspek sosial ekonomi, tapi bisa juga teman-teman engineering kita yang sudah menemukan apa misalnya, apa mencari bibit unggul sesuai dengan karakteristik daerah, kan itu isu-isu yang memungkinkan untuk (teliti), jadi bukan hanya aspek sosial,” pungkasnya. (*)