Singkawang (26/2/2021): Singkawang saat Cap Go Meh selalu banjir wisatawan, dari domestik maupun mancanegara. Tetapi tahun ini tidak begitu, lantaran pandemi pawai Tatung, arak arakan Naga dan Barongsai ditiadakan. Akibatnya, kota Singkawang menjadi sepi.
Johannes Kitono alias Jeka, penulis budaya Tionghoa, sore ini memperoleh kiriman video dan foto-foto dari beberapa hopengnya di Singkawang. Kata Jeka, dari video dan foto itu bisa diketahui betapa beda Singkawang saat ada pawai Tatung dibanding saat ditiadakan seperti sekarang ini. Dari sinilah Jeka menuliskan tentang Singkawang tersebut. Berikut kutipan tulisan tersebut:
Hari Jumat (26/2/2021) ini adalah hari Cap Go Meh atau penutupan liburan Sin Cia yang jatuh pada hari ke 15. Tapi akibat pandemi, hari ini yaitu hari Cap Go Meh, kota Singkawang yang biasanya sangat ramai malahan sepi, karena Wali Kota tidak memperbolehkan Festival Cap Go Meh yang pasti melanggar protokol kesehatan kalau tetap dilaksanakan.
“Semenjak pandemi ini perekonomian kota Singkawang menurun, turis berkurang dan tingkat hunian hotel nol, sedangkan biaya PLN dan karyawan tetap jalan,” kata Edward Santoso, salah satu pemilik Hotel Kal-Bar yang berlokasi di tengah kota Singkawang.
Coba lihat jalan-jalan protokol yang biasa dilewati Tatung, sepi dan malahan pagi-pagi sudah dijaga polisi. Mungkin kawatir ada Tatung yang lupa atau tadi malam kebanyakan minum sehingga paginya kesurupan Dewa -Dewi kahyangan dan langsung mau beraksi seperti Cap Go Meh (CGM) tahun-tahun lalu.
Pada saat pandemi ini penduduk kota Singkawang yang majoritas populasinya etnis Tionghoa tentu saja merasa kehilangan momentum yang biasanya menghidupkan perekonomian kota yang punya toleransi tinggi ini. Dari 94 kota di Indonesia yang disurvei soal toleransi — artinya tidak ada unsur SARA– Kota Singkawang masuk 10 besar dan menduduki ranking 2 sesudah kota Salatiga yang no 1.
Tahun tahun Cap Go Meh yang lalu hotel-hotel pasti penuh harus dibooking satu tahun dimuka. Dan untuk mendatangkan turis-turis manca negara setiap wali kota pasti bikin program bandara baru. Mulai dari zaman Awang Isak, Hasan Karman dan now Tjhai Chui Mie. Semuanya menginginkan adanya bandara, padahal jarak Singkawang ke Pontianak, ibukota Kalbar 145 km yang hanya 2 sampai 3 jam ditempuh dengan mobil.
“Berhubung adanya proyek Pelindo, Pelabuhan Internasional di Pulau Kijing, dekat kota Mempawah jalanan tambah macet, jarak tempuh Singkawang – Pontianak paling cepat tiga jam,” kata Nusantio, Presiden Kalibers yang dulu pernah mencalonkan diri jadi walikota. “Sebenarnya jalan tol Singkawang- Pontianak lebih diperlukan masyarakat Kalbar,” sambungnya. Pembuatan jalan tol tersebut memang sudah ditandatangani dan akan dilaksanakan oleh kontraktor dari Malaysia, hanya kapan mulai bangun setelah merebaknya pandemi, tidak ada yang tahu.
Umumnya saat masih ada Cap Go Meh dan sekitar jam 14.00 jalanan yang dilewati para Tatung mulai sepi tapi di pojok-pojok jalan protokol masih ada tenda-tenda pelelangan sajian bekas sembahyang.
Para tauke-tauke terkenal akan diundang untuk ikut lelang, seperti : Kepala Babi jeruk Bali, Apel, Jeruk Siam dan sebagainya di mana hasil lelang akan dipergunakan untuk bangun Kelenteng atau Wihara. Dan ada, kepercayaan bahwa hasil lelang tersebut akan membawa rezeki. Dan tentu saja tidak perlu taruh uang jaminan seperti lelang resmi dari bank atau pemerintah
Pernah di acara lelang ini ada seorang anak asrama Bruder yang nakal berdiri samping saya. Pas saat lelang Thai Kit atau Jeruk Bali yang harga pembukaannya hanya Rp.100,- tiba tiba teriak “Ng Cian atau Lima ribu” yang nilainya waktu itu bisa cukup untuk beli 1000 kg/ 1 ton beras.
Langsung suara berdecak kagum dan semua mata melihat asal suara. Eh anak kecil itu sambil ketawa malahan langsung kabur begitu saja. Lelang tersebut tentu saja dibatalkan dan anak badung tsb mendapat gelar tambahan “Ng cian” atau lima ribu dari teman temannya. Konyol banget dan ada-ada saja.
Akhirnya, semoga pandemi cepat berlalu sehingga tahun depan masyarakat Singkawang , turis domestik dan manca negara bisa kembali ke kota Singkawang menyaksikan perayaaan Cah Go Meh lagi. (*)