Jakarta (5/2/2021): Kalimantan, salah satu pulau terbesar di Indonesia ini yang merupakan paru-paru dunia memiliki banyak potensi, baik dalam bidang pertambangan, wisata alam hingga budaya dengan berbagai keunikannya.
Dalam budaya, Suku Dayak di Pulau Borneo ini sangat terkenal hingga menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Kalimantan agar dapat melihat secara langsung kehidupan sehari-hari Suku Dayak yang ada di Kalimantan hingga tradisi Suku Dayak.
Di Kalimantan sendiri, ada banyak Suku Dayak dan ada yang membagi orang dayak menjadi enam rumpun, yakni rumpun Klemantan atau Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Dayak Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum – Ngaju serta rumpun Punan dan suku terbanyak adalah Dayak Kenyah yang memiliki aksesoris sebagai perhiasan pada tubuh mereka.
Tradisi Yang Mulai Hilang
Suku Dayak Kalimantan memili tradisi yang unik, salah satunya adalah tradisi memanjangkan cuping telinga. Daun telinga cuping panjang tidak hanya diperuntukan wanita saja, tetapi juga untuk laki-laki. Proses pemanjangan cuping telinga mulai dilakukan sejak bayi.
Cuping telinga panjang umumnya dikaitkan dengan tingkatan sosial seseorang dalam masyarakat dayak. Bagi Suku Dayak Kayan, cuping telinga panjang menunjukan kalau orang tersebut berasal dari kalangan bangsawan. Di kalangan masyarakat Suku Dayak Kayan, pemanjangan cuping telinga ini menggunakan pemberat berupa logam yang berbentuk lingkaran atau berbentuk gasing ukurang kecil. Dengan pemberat ini, maka daun telinga akan terus memanjang hingga beberapa sentimeter.
Sementara bagi masyarakat Dayak Kenyah, telinga cuping panjang merupakan simbol kecantikan bagi perempuan. Semakain panjang cuping telinga, maka semakin cantik.
Sedangkan di desa-desa yang berada di hulu Sungai Mahakam, cuping telinga panjang digunakan sebagai identitas yang menunjukan umur seseorang. Saat bayi itu lahir, maka ujung telinganya akan diberikan manik-manik yang cukup berat dan jumlah manik-maniknya yang menempel di daun telinga akan terus bertambah satu di setiap tahunnya.
Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang semakin modern, tradisi ini semakin menghilang. Saat ini, hanya sedikit orang Dayak yang masih memiliki cuping telinga panjang dan itu pun hanya generasi tua saja, karena banyak generasi muda yang malu dengan tradisi tersebut. Mereka menggunakan anting, namun tidak pakai pemberat sehingga tidak panjang. (*)
BESOK: Mengenal Lebih Dalam Suku Punan, Suku Dayak Pedalaman Penjaga Hutan Rimba Kalimantan