
Seoul, Nusantara Info : Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), dan Jepang kembali menggelar latihan militer gabungan untuk memperkuat pencegahan terhadap ancaman nuklir Korea Utara. Latihan bertajuk Iron Mace 2025 ini resmi dimulai pada Senin (15/9/2025) di Camp Humphreys, pangkalan utama pasukan AS di Korea Selatan.
Latihan taktis ini fokus meningkatkan respons gabungan pasukan sekutu dan memperkuat kemampuan pertahanan menghadapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara. Menurut Letjen (Purn) Chun In-bum, peneliti senior di National Institute for Deterrence Studies, latihan ini bukan reaksi langsung terhadap peristiwa tertentu, melainkan program yang sudah lama direncanakan.
“Aliansi harus siap menghadapi skenario nuklir di Semenanjung Korea untuk mencegah hal tersebut,” katanya.
Iron Mace 2025 menjadi gelaran ketiga setelah latihan sebelumnya pada Agustus 2024 dan April 2025. Latihan ini juga berbarengan dengan Freedom Edge 25, manuver udara dan laut di perairan timur serta selatan Korea yang melibatkan unit militer AS, Korsel, dan Jepang.
Kegiatan mencakup latihan pertahanan udara, evakuasi medis, pencegahan aktivitas maritim ilegal, serta peningkatan kemampuan pertahanan rudal balistik. Militer Korsel maupun AS tetap merahasiakan detail operasional latihan.
Reaksi Keras Korea Utara
Latihan gabungan ini memicu kemarahan Pyongyang. Kim Yo Jong, adik perempuan sekaligus pejabat penting di lingkaran Kim Jong Un, menyebut latihan ini sebagai “unjuk kekuatan sembrono” yang akan membawa konsekuensi merugikan.
“Pamer kekuatan oleh AS, Jepang, dan Korea Selatan di lokasi yang keliru sudah pasti akan membawa konsekuensi,” tulis KCNA, kantor berita pemerintah Korea Utara.
Di saat bersamaan, media pemerintah Korea Utara menyoroti kunjungan Kim Jong Un pada uji coba mesin rudal balistik antarbenua (ICBM) generasi terbaru berbahan bakar padat. Teknologi baru ini disebut sebagai “perubahan signifikan” untuk memperkuat kekuatan nuklir Pyongyang.
Signifikansi Strategis
Menurut Kim Sang-woo, anggota Kim Dae-jung Peace Foundation, latihan Iron Mace dan Freedom Edge mempertegas komitmen pertahanan AS-Korsel-Jepang. Ia menekankan bahwa kesepakatan di Camp David pada 2023—yang membentuk kelompok konsultatif nuklir—adalah wujud jaminan perlindungan AS bagi Korsel.
“Kesepakatan itu penyeimbang terhadap Korea Utara dan pesan bahwa AS akan melindungi Korea Selatan,” ujarnya kepada DW.
Kim Sang-woo juga menilai latihan ini sekaligus menjaga kepercayaan Korsel terhadap payung nuklir AS, sehingga Seoul tidak perlu mengembangkan senjata nuklir sendiri.
Meski latihan militer menunjukkan penguatan aliansi, hubungan AS-Korsel belakangan diwarnai ketegangan akibat sengketa perdagangan dan kebijakan imigrasi. Kim Sang-woo berharap pertemuan Presiden Korsel Lee Jae-myung dan Presiden AS Donald Trump pada KTT APEC di Gyeongju akhir Oktober 2025 dapat memperbaiki hubungan kedua negara.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama AS dengan China untuk meredakan ketegangan regional. “KTT ini peluang besar untuk menurunkan eskalasi ketegangan di kawasan,” tutupnya. (*)