Jakarta, Nusantara Info: Di tengah birunya Samudera Hindia, tepatnya di Teluk Benggala, berdiri sebuah pulau kecil bernama Pulau Sentinel Utara. Pulau ini menjadi rumah bagi suku Sentinel, salah satu komunitas paling tertutup dan terisolasi di dunia. Mereka dikenal menolak setiap bentuk interaksi dari luar, termasuk bantuan kemanusiaan sekalipun.
Suku Sentinel diyakini telah menghuni pulau tersebut selama lebih dari 50.000 tahun. Mereka hidup dengan cara sederhana sebagai pemburu dan pengumpul, memancing menggunakan kano buatan tangan, serta tinggal di pondok-pondok kecil dari bahan alam.
“Mereka telah mengembangkan cara hidup yang sangat canggih dan jelas mampu bertahan secara mandiri,” ujar Johnathan Mazower, juru bicara Survival International, dikutip ABC News Australia.
Zona Terlarang Sejak 1956
Pemerintah India sejak 1956 menetapkan Pulau Sentinel Utara sebagai zona terlarang. Tidak seorang pun boleh mendekat dalam radius 5,6 kilometer. Aturan ini diberlakukan untuk melindungi suku tersebut dari ancaman luar, termasuk penyakit modern yang berpotensi mematikan bagi mereka.
Menurut WorldAtlas, jumlah populasi suku Sentinel diperkirakan hanya 80 hingga 150 orang, meski angka pastinya tidak pernah bisa dipastikan karena sulitnya akses dan penolakan interaksi dengan dunia luar.
Penolakan terhadap orang asing bukan tanpa alasan. Pada 1880, tentara Inggris menculik enam anggota suku Sentinel untuk “dipelajari”. Dua orang dewasa meninggal karena sakit, sementara empat anak yang tersisa dikembalikan. Peristiwa itu meninggalkan trauma mendalam.
Tragedi lain terjadi pada 2018. Seorang misionaris asal Amerika Serikat, John Allen Chau, nekat memasuki pulau tersebut secara ilegal. Ia tewas setelah diserang anggota suku. Kejadian ini memicu perdebatan global soal batas antara hak asasi manusia dan perlindungan budaya lokal.
Hidup Mandiri dan Sehat
Meski hidup terisolasi, kondisi fisik suku Sentinel dinilai sangat sehat. Foto dan video yang diambil dari kejauhan memperlihatkan mereka dalam kondisi kuat dan bugar.
“Kalau kamu lihat foto-foto dan video yang berhasil diambil dari kejauhan, mereka tampak sangat sehat dan kuat,” kata Mazower.
Suku Sentinel kini dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisasi dan modernisasi. Mereka mengingatkan dunia bahwa tidak semua komunitas ingin atau perlu bergabung dalam arus utama peradaban.
Di saat dunia semakin terkoneksi, Pulau Sentinel Utara tetap menjadi benteng terakhir kehidupan yang benar-benar mandiri. (*)