
Sibolga, Nusantara Info: Operasi pencarian dan penyelamatan korban banjir serta tanah longsor yang melanda Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), dan sebagian wilayah Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, memasuki hari ketiga, Jumat (28/11/2025). Bencana besar ini dipicu hujan ekstrem yang turun tanpa henti sejak Kamis dini hari.
Menurut laporan resmi Kantor SAR Nias, hujan mulai mengguyur kawasan tersebut sejak pukul 02.30 WIB, menyebabkan debit sungai meningkat drastis dan memicu banjir di sejumlah titik.
Situasi semakin memburuk ketika pintu air PLTA Sipan Sipahoras terpaksa dibuka pada pukul 10.00 WIB karena volume air telah melewati batas aman, sehingga luapan air bergerak cepat ke permukiman warga.
Hingga sore hari, hujan tak kunjung mereda. Tanah yang labil memicu longsor di banyak lokasi baik di Sibolga, Tapteng, maupun Tapsel.
Evakuasi Diperluas: Tim SAR Kerahkan Kapal, Drone, dan Kendaraan Taktis
Tim Pos SAR Sibolga bersama ABK KN SAR Nakula bergerak ke titik-titik terdampak untuk melakukan evakuasi, pendataan korban, serta pengiriman personel ke wilayah yang paling parah terisolasi.
Kepala Kantor SAR Nias Putu Arga Mataram mengatakan hingga hari ini jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 19 orang.
“Total ada 1.952 kepala keluarga terdampak. Dari pendataan kami, 130 orang dinyatakan selamat, 149 berhasil dievakuasi, 19 meninggal dunia, dan 24 orang masih dalam pencarian,” jelasnya.
Wilayah yang terdampak banjir meliputi Badiri, Pinangsori, Lumut, Sarudik, Tukka, Pandan, Tapian Nauli, dan Kolang
Sementara longsor tercatat terjadi di tujuh titik di Tapanuli Tengah serta beberapa desa di Tapanuli Selatan.
447 Warga Mengungsi, Akses Masih Banyak yang Terputus
GOR Pandan menjadi salah satu titik pengungsian terbesar dengan total 447 pengungsi, terdiri dari 89 pria dewasa, 96 wanita dewasa, 109 anak, 43 bayi, dan 10 lansia
Sebagian warga mulai kembali ke rumah seiring surutnya banjir di beberapa wilayah. Namun sejumlah kawasan seperti Perumahan Toholand dan Tanahbolon masih belum bisa dijangkau akibat akses tertutup material longsor.
“Akses ke sejumlah lokasi masih terputus total. Jalan dari Tarutung menuju Sibolga amblas dan butuh 3–4 hari untuk membangun jembatan darurat,” jelas Arga.
Tantangan Besar: Gelombang Tinggi, Listrik Padam, dan Blankspot
Upaya evakuasi dan pencarian korban masih terkendala cuaca ekstrem serta kondisi geografis. Selain banjir dan longsor, tim SAR menghadapi jaringan komunikasi yang terputus, listrik padam di banyak titik, gelombang laut tinggi yang menghambat pergerakan kapal, dan blankspot yang menyulitkan koordinasi lapangan
“Kantor SAR Nias belum dapat bergeser ke sejumlah lokasi karena gelombang tinggi serta blankspot, sedangkan Kansar Medan tertahan akibat akses darat yang amblas,” kata Arga.
Operasi penyelamatan diperkuat oleh puluhan unsur gabungan, meliputi BPBD, Polres dan Kodim setempat, Polairud dan KP Antareja, Mabes Airud, sert relawan masyarakat, tim medis, dan organisasi kemanusiaan
Sementara titik pengungsian tersebar di GOR Pandan, Posko Terpadu Gedung Nasional Sibolga, SMPN 5 Parombunan, RS Bhayangkara, dan rumah ibadah dan tenda darurat di berbagai desa. Peralatan yang dikerahkan mencakup sekoci, LCR (perahu karet), drone pencari, kendaraan penyelamat, serta APD lengkap.
Dengan cuaca yang masih berpotensi memicu banjir dan longsor susulan, tim SAR menyatakan operasi akan terus dilanjutkan hingga semua korban ditemukan dan wilayah dinyatakan aman bagi warga.
Arga menegaskan bahwa seluruh unsur gabungan tetap siaga penuh. “Fokus kami adalah menemukan korban hilang dan memastikan seluruh wilayah terdampak dapat kembali dihuni secara aman,” pungkasnya. (*)






