Keraton Yogyakarta Kembali Memanas, Penggedhe Nitya Budaya Juga Jadi Pemicu

Bagikan

Keraton Yogyakarta Kembali Memanas, Penggedhe Nitya Budaya Juga Jadi Pemicu
Foto: Instagram Kratonjogja

Yogyakarta (24/1/2021): Keraton Yogyakarta jadi sorotan karena ada pergantian penggedhe  kawedanan. Pergantian ini menjadi isyu hangat mengingat yang digeser adalah adik-adik Sri Sultan Hamengku Buwono X. Penggantinya adalah putri-putri Sultan.

Pergantian itu terjadi pada penggedhe Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yakni dari adik Sri Sultan HB X, GBPH Prabukusumo, kepada putri bungsu Sultan yaitu Gusti Kanjeng Ratu Bendara [Bendoro].  Nitya Budaya ini merupakan departemen pendukung budaya, dengan tugas, fungsi dan kewenangannya melaksanakan kebijakan di bidang kebudayaan. Fokus divisi ini adalah museum dan kearsipan. Pemimpinya disebut penghageng atau dalam surat Sultan ditulis penggedhe.

Keraton Yogyakarta Kembali Memanas, Penggedhe Nitya Budaya Juga Jadi Pemicu
Foto: Instagram Kratonjogja

Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nitya Budaya  terdiri dari KHP Widya Budaya (upacara keraton), KHP Purayakara (aktiva terutama lampu dan barang keraton), Tepas Banjar Wilapa (perpustakaan), Tepas Museum (barang milk keraton), dan Tepas Pariwisata.

Munculnya nama GKR Bendara tidaklah mengejutkan. Kanjeng Ratu memang dekat dengan persoalan budaya. Kuliah pascasarjana ia ambil di Edinburgh, Skotlandia, dengan konsentrasi warisan budaya. Padahal ia mengaku dulunya tak begitu menyukai pelajaran yang mengharuskan banyak membaca, termasuk sejarah. “Tapi saat S2, saya terjerumus di (jurusan) heritage tourism.” Tak pernah pula terlintas ia akan menyukai museum. “Mungkin karena sejarah ini berkaitan dengan saya, saya sangat berminat ke situ. Sekarang saya dituntut untuk membaca tentang sejarah saya, leluhur saya,” kata GKR Bendara sebagaimana dilansir dari kratonjogja.id.

Keraton Yogyakarta Kembali Memanas, Penggedhe Nitya Budaya Juga Jadi Pemicu
GKR Bendara, Foto: kratonjogja.id

Kini visi terbesar GKR Bendara untuk keraton adalah merevitalisasi museum dengan standard tinggi. Selain itu ia ingin berbuat lebih untuk pariwisata Indonesia, termasuk mengembangkan pariwisata kebudayaan. “Dimulai dari keraton. Semoga menasional.” Untuk generasi muda, ia berpesan, “Pelajari, dalami, resapi, dan ketahuilah lebih lanjut budayamu.”

Baca Juga :  Desa Kete Kesu, Destinasi Wisata Favorit di Toraja yang Menyimpan Sejarah Hingga Cerita Mistis

Sesuai keinginan Ngarsa Dalem, museum keraton diharapkan menjangkau kaum milenial dan pelajar sehingga mereka tertarik belajar sejarah. “Jadi saya mengimplementasikan teknologi di dalam museum.” Ia mengaku ini membutuhkan waktu karena harus mengubah kebiasaan lama.

Melalui akun media sosial @kratonjogja, Keraton mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dekat dengan tugas GKR Bendara sebagai penanggung jawab museum di Keraton Yogyakarta. Pendekatan lain lewat film dokumenter danapratapa berjudul Rampadan. Di film ini masyarakat diajak untuk melihat keindahan dan kekayaan budaya melalui perabotan keramik koleksi Keraton Yogyakarta.

Secara pribadi,  GKR Bendara juga aktif berinteraksi dengan warganet di media sosial. Beragam komentar dan direct message (DM) ia terima, bahkan ada yang berani menawarkan keris.

Keraton Yogyakarta Kembali Memanas, Penggedhe Nitya Budaya Juga Jadi Pemicu
Foto: Instagram gkrbendara

Bagi GKR Bendara, kehadiran warganet sangat penting untuk membantu melestarikan budaya. Harapannya, dengan mem-posting kegiatan-kegiatan Keraton dan memberi informasi tentang aktivitas itu, netizen makin tertarik mempelajari tradisi.

“Saya sebisa mungkin menggunakan media yang ada ini untuk memberi penjelasan valid dari Keraton pada semua orang,” kata GKR Bendara. “Semakin banyak orang kepo tentang Instagram saya, semakin saya mewartakan budaya itu lebih enak.”  (**)

BESOK: Keraton Yogyakarta Kembali Memanas, Dianggap Makan “Gaji Buta” dari Dana Istimewa

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait