Jakarta (15/6/2023): Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) melanda wilayah Bur Telege, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, dengan perkiraan luas kebakaran mencapai 15 hektare. Kebakaran ini terjadi di kawasan hutan di sekitar desa-desa Kecamatan Lut Tawar sejak Senin (12/6/2023).
“Kejadian Karhutla di Kota Wisata Takengon menjadi sinyal kuat bagi kita semua bahwa ancaman bencana Karhutla tidak main-main, seluruh pihak harus berada dalam kesiapsiagaan penuh,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Administrasi Kewilayahan (Adwil), Safrizal ZA dalam keterangan persnya.
Saat ini, Badan personel Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah dan Satuan Pemadam Kebakaran serta personel Polri dikerahkan untuk menanggulangi kebakaran tersebut. Meski penyebab kebakaran belum dapat dipastikan, namun dugaan sementara mengarah pada cuaca kering akibat kemarau panjang. Hal ini berbanding lurus dengan prediksi Pemerintah terhadap potensi meningkatnya Karhutla tahun ini akibat fenomena El Nino.
“Respon pertama terhadap penanggulangan bencana Karhutla menjadi sangat penting untuk mencegah meluasnya kebakaran sekaligus memperkecil dampak yang mungkin timbul. Oleh karena itu seluruh jajaran harus berkolaborasi, sehingga dapat melipatgandakan personel dan kekuatan,” sambung Safrizal.
Dalam hal ini, Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Inmendagri Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kesiapsiagaan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan yang ditujukan kepada seluruh Gubernur dan Wali Kota.
“Komitmen dan langkah konkret kebijakan telah diambil Kemendagri dengan diterbitkannya Inmendagri Nomor 1 Tahun 2023, yang harus dipedomani dan diaktualisasikan dalam peran aktif pemerintah daerah, khususnya para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai Pemimpin Satgas Karhutla, dengan melibatkan semua komponen yang ada di daerah, termasuk pelibatan masyarakat,” tegas Safrizal.
Lebih lanjut ia mengatakan, peristiwa Karhutla di Takengon seharusnya dapat dicegah atau setidaknya dilakukan upaya mitigasi resiko bencana mengingat Kota Takengon memiliki aktifitas ekonomi yang cukup tinggi dibidang pariwisata dan kota penghubung di wilayah Aceh Tengah.
Sebelumnya menutup keterangan persnya, Safrizal menitipkan pesan kepada seluruh jajaran pemerintah daerah agar serius dalam penanggulangan bencana Karhutla dan menjadikan peristiwa kebakaran di Takengon menjadi bahan evaluasi bersama.
“Pelibatan masyarakat mutlak dibutuhkan, dan wadahnya telah dibentuk dalam Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR). Tugas pemerintah daerah adalah untuk segera memfasilitasi pembentukannya, karena dengan segenap kekuatan rakyat yang bahu membahu dengan personel Damkar, BPBD, TNI/Polri dan seluruh pihak terkait, maka ancaman bencana Karhutla dapat dicegah dan ditekan resikonya seminimal mungkin,” tutup Safrizal. (*)