Oksibil (24/8/2021): Pedidikan merupakan salah satu yang menjadi fokus Bupati dan Wakil Bupati terpilih Kabupaten Bintang, Provinsi Papua, sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas SDM di daerah itu. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang bermitra dengan Yayasan Alirena.
Visi misi pendidikan Bupati dan Wakil Bupati Pegunungan Bintang adalah kemandirian masyarakat Papua. dimulai dari Pegunungan Bintang, dalam era globalisasi. Pendidikan menyiapkan generasi penerus untuk bisa mengenal kebutuhan dan permasalahan yang ada, kemudian berninovasi mencari solusi pemecahan. Dengan demikian pendidikan membuat anak asli Papua menguasai teknologi dan mampu mengembangkan aset alamnya untuk pasar global dengan tetap memperindah alam.
Sesuai dengan filosofi kehidupan Pegunungan Bintang, yaitu yangg bersumber pada kata “OK” yang artinya air, Pegunungan Bintang menjadi sumber kehidupan untuk masyarakatnya dan seluruh Papua, itu semua harus dimulai dari pendidikan. Seluruh sungai besar di Papua, termasuk Papua Nugini, berinduk di Pegunungan Bintang, itulah OK.
Ketua Yayasan Alirena, Eng Go mengatakan, Yayasan Alirena yang dipercayakan menjadi mitra sudah mengembangkan pola pendidikan berbasis budaya dalam konteks globalisasi. Program ini dinamakan Pengkajian Budaya Papua dan Modernisasi (PBPM).
“Pendidikan dimulai dari aset lokal, yaitu manusianya, adat budaya, dan alam lingungan. Aset
itulah yang menjadi materi belajar siswa dari tingkat PAUD sampai SMA,” katanya.
Capaian 100 hari, menurut Eng Go sudah sesuai arahan Bupati dan Wakil Bupati Pegunungan Bintang, untuk fokus di tujuh distrik, termasuk Oksibil ibukota kabupaten sebagai pengembangan tahap pertama, Alirena sudah merumuskan strategi dan program untuk ketujuh distrik dan sudah mempersiapkan tenaga pendidik, pengadaan logistik utama yaitu internet sebagai prasyarat keberhasilan program sudah siap di tiga distrik, empat titiknya ditargetkan selesai di bulan September, dan Dinas Pendidikan sudah dengan cekatan merespon strategi dan program ini.
“Tim Alirena melakukan survey ke tujuh distrik, mendatakan semua realitas yang ada. Setelah memproses data survey itu, Alirena merumuskan strategi dan program pendidikan, dan dinamakan Demplot Budaya. Nukleus inti dari Demonstration Plot ini adalah budaya lokal, kehidupan budaya lokal, dengan aset alam yang ada menjadi materi belajar, dan semua itu dipelajari dalam konteks globalisasi,” ungkapnya.
Dengan demikian anak-anak dan masyarakat jadi mengenal adat budayanya, potensi-potensi yang mereka miliki, dan belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (sains dan sosial) sebagai modal untuk menguasai teknologi dan entrepreneurship.
“Model pendidikan ini adalah solusi untuk anak Papua menjadi setara dengan anak-anak dari tempat lain, bahkan lebih unggul model PBPM,” sambung Eng Go.
Siapkan 22 Guru Andalan
Lebih lanjut Eng Go menjelaskan, bahwa Yayasan Alirena sudah selesai menyiapkan 22 guru andalan Pegunungan Bintang melalui pelatihan lima minggu yang sangat padat dengan topik yang sangat komprehensif, yaitu penguatan konten mata pelajaran para guru, fokus pada Bahasa Indonesia dan Matematika, pemahaman tentang data dan penguasaan excel sebagai alat pemrosesan data, perkebunan dengan kopi dan sagu sebagai salah satu topiknya, bahkan guru dilatih untuk melakukan maintenance sederhana sperti listrik, fasilitas, dll.
“Jadi, para Guru dipertajam dan diperkaya dalam pembekalan visi, pentingnya iman dalam pekerjaan dan dalam kehidupan siswa didik. Total ada 45 guru yang akan melayani di 7 distrik, 22 guru andalan, 23 guru Alirena. Dalam 2 tahun mereka akan meningkatkan dan memeratakan pendidikan di 7 tempat itu, termasuk kampung dekat sekelilingnya,” ungkapnya.
Pendidikan dengan model Demplot Budaya akan mempelajari dan mengembangkan ekonomi masyarakat berdasarkan aset alam yang dimiliki di tempat itu. Pemetaan potensi ekonomi dari 7 distrik sudah dilakukan, yang nantinya akan dikembangkan dan direalisasikan dalam program pendidikan.
Di 100 hari pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Spei Yan Bidana dan Piter Kalakmabin, pendidikan sudah siap untuk dilaksanakan dengan target-target yang sangat ambisius, dan dengan pendekatan budaya dalam konteks globalisasi. (*)