Mengenal Suku Anak Dalam: Suku Asli dan Minoritas di Pulau Sumatera

Bagikan

Mengenal Suku Anak Dalam: Suku Asli dan MinoritasDi Pulau Sumatera
Sumber Foto: Istimewa

Jakarta (10/11/2023): Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, bahkan negeri ini dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah suku bangsa terbanyak. Diperkirakan ada lebih dari 1.340 suku bangsa di Tanah Air yang tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia dan salah satunya adalah Suku Anak Dalam di Pulau Sumatera.

Suku Anak Dalam merupakan suku asli sekaligus minoritas di Pulau Sumatera, tepatnya di Jambi dan Sumatera Selatan. Suku ini memiliki beberapa nama sebutan, di antaranya adalah Suku Kubu, Orang Rimba atau Orang Ulu. Mayoritas Suku Anak Dalam hidup di Jambi, dengan populasi sekitar kurang lebih 200 ribu orang.

Suku Anak Dalam sering disebut Suku Kubu karena mereka sering menyebut dirinya sebagai orang rimba yang tinggal di dalam hutan Taman Nasional Bukit 12 dan Taman Nasional Bukit 30 di Kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun, dan Batanghari.

Salah satu aspek menarik dalam budaya Suku Anak Dalam adalah adanya pembagian peran gender yang sangat mencolok. Pria dalam suku ini bertanggung jawab sebagai pemburu dan melindungi komunitas, sementara wanita Suku Anak Dalam bertugas sebagai pengumpul makanan dan menjaga kebersihan rumah tangga. Meskipun demikian, peran keduanya dianggap sama pentingnya.

Suku Anak Dalam juga memiliki tradisi upacara adat yang melibatkan seluruh anggota komunitas. Upacara adat ini diadakan untuk merayakan keberhasilan berburu, panen, atau perkawinan di dalam suku. Mereka juga percaya pada spiritualitas yang sangat kuat, dan sering kali mengadakan ritual-ritual keagamaan yang unik.

Dikutip dari jurnal Pengungkapan Budaya Suku Anak Dalam melalui Kosakata Bahasa Baku (2014) karya Emitati, aktivitas sosial dan budaya Suku Anak Dalam dipengaruhi kepercayaan juga lingkungan tempat tinggalnya. Misal, masyarakat yang memiliki kepercayaan animisme, akan melakukan aktivitas sosial dan budaya sesuai kepercayaannya tersebut.

Baca Juga :  Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas

Karena masyarakatnya banyak yang menganut dinamisme dan animisme, mereka menyesuaikan kehidupan, struktur sosial, hukum adat, serta mitosnya sesuai kepercayaan yang dianut. Inilah yang menyebabkan perbedaan kebudayaan Suku Anak Dalam dengan masyarakat Jambi pada umumnya.

Sejarah Suku Anak Dalam

Menurut sejarah, kisah suku Anak Dalam diawali sejak masa Kerajaan Jambi di tahun 1624.

Pada saat itu, terdapat pertikaian antara Kerajaan Jambi dan Kesultanan Palembang. Pertikaian itu memicu adanya pertempuran yang terjadi di hutan rimba Air Hitam pada tahun 1629.

Nah, masyarakat yang tersisa dari pertempuran ini pun tetap hidup di hutan rimba dan terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok ini tetap disebut dengan Suku Anak Dalam dengan ciri fisik, bahasa, hingga kebiasaan yang berbeda.

Ada suku Anak Dalam yang tinggal di wilayah hutan Musi Rawas dan berbicara menggunakan bahasa Melayu. Ada pula masyarakat Suku Anak Dalam yang hidup di hutan Jambi dengan ciri fisik berupa kulit sawo matang, rambut ikal, serta mata yang menjorok ke dalam. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait