Jakarta (19/2/2021): Mendapatkan kepercayaan menjabat Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke sejak September 2017 – Maret 2020, memiliki kesan tersendiri bagi Usman Effendi.
Di sini, Usman mendapatkan pengalaman baru mengunjungi bandara-bandara yang berada di wilayah kerja Otban X Merauke dengan menggunakan pesawat Pilatus PC-6 yang dilayani oleh penerbangan perintis.
Bagi Usman, terbang dengan pesawat kecil di tengah medan yang berat, dijalani dengan senang hati. Ini merupakan panggilan tugas. Kepada nusantarainfo.com Usman cerita panjang lebar naik Pilatus PC-6. Berikut ceritanya:
Bagi kebanyakan orang naik pesawat kecil, misalkan jenis Pilatus PC-6, merupakan pengalaman mendebarkan seolah uji nyali. Bagi saya, ini pengalaman yang indah sekaligus menyenangkan. Dengan Pilatus PC-6 ini bisa mendarat di bandara yang runway-nya sepanjang 600 meter. Bahkan pakai penerbangan charter bisa ke Lapangan Terbang (lapter) yang berada di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) dengan runway sepanjang 300 meter – 400 meter dengan konstruksi tanah, coral dan rumput (Grass).
Untuk di Papua, perusahaan penerbangan PT Susi Pujiastuti atau Susi Air (AOC 135) dan Badan/Yayasan Keagamaan (OC 91) seperti maskapai MAF, AMA, YAJASI, TARIKU dan Aventis yang memiliki pesawat Pilatus PC-6, jumlahnya sangat terbatas.
Saya terbang ke pedalaman Papua menggunakan pesawat Pilatus PC-6 dengan senang hati dan merasa menjadi panggilan tugas untuk melayani masyarakat Papua dalam bentuk transportasi udara. Bagaimanapun kehadiran pesawat jenis tersebut sangat bermanfaat dalam rangka melayani masyarakat Papua yang berada di atas pegunungan, tertinggal atau terdalam untuk melayani mobilisasi masyarakat dan mengangkut logistik atau bahan makanan.
Demi panggilan tugas, saya terbang ke lapter-lapter di Papua dengan Pilatus PC-6 yang panjang landasan pacunya minimalis dan persentase kemiringan runway yang cukup besar, kiri dan kanannya jurang, serta tebing-tebing yang sangat tinggi, tapi saya merasa nyaman dan aman.
Rasa nyaman dan aman tersebut karena pesawat yang digunakan laik, pilotnya khusus montain dan berpengalaman, dorongan pengabdian terhadap tugas dan tanggung jawab Kantor Otoritas Bandar Udara di Provinsi Papua untuk melayani masyarakat, serta memastikan pesawatnya laik dan runway-nya layak untuk didarati oleh pesawat Pilatus PC-6. Dan rasa senang hati saat menerima usulan juga masukan dari masyarakat yang tinggal di daerah terdalam/tertinggal di pegunungan Papua yang tidak dapat dijangkau oleh moda transportasi lain.
Sepanjang yang saya ketahui, pesawat itu memiliki enam kursi penumpang dan kadang ditambah dua kursi di belakang yang biasanya untuk barang. Kalau tidak ada barang, biasanya dipasang untuk kursi tambahan dan dipakai penumpang. Pesawat tersebut memiliki daya angkut maksimal 800 Kg.
Sudah satu tahun saya memasuki masa purnabakti. Tugas di Papua mengajarkan tentang bagaimana harus melayani masyarakat pedalaman di Papua dan kenangan tak terlupakan.
Melayani masyarakat di sana harus dengan hati dan rasa kasih sayang. Insya Allah, selalu mendapatkan perlindungan dan keselamatan dari Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Insya Allah, dapat kepuasan tersendiri dan menjadi kenangan terindah dalam hidup saya. I love Papua, bumi yang indah dan cantik. (*)