Perompakan di Pulau Maratua, Dari Harta Benda Hingga Jatuh Korban

Bagikan

Perompakan di Pulau Maratua, Dari Harta Benda Hingga Jatuh Korban
Dermaga Pulau Maratua, Foto: Dok. Nusantara Info

Maratua (22/3/2021): Maratua, salah satu pulau terluar di Indonesia ini kerap kali menjadi sasaran para perompak. Terhitung sejak tahun 1988-1989, perompakan tersebut terjadi di dua kampung yang ada di Pulau Maratua, yaitu Kampung Bohe Silian dan Teluk Harapan. Saat itu, Pulau Maratua masih masuk ke dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Derawan.

Para perompak itu tidak hanya melakukan aksinya di perairan Maratua saja, tetapi juga naik ke perkampungan tersebut. Mereka mengambil harta benda milik warga, seperti jam tangan, uang, kapal hingga jatuhnya satu korban jiwa di Teluk Harapan yang bernama M. Nasir. Sepanjang tahun 1988-1989, kondisi Maratua bisa dikatakan sangat mencekam.

Camat Maratua Marsudi mengatakan, perompakan tersebut tidak hanya terjadi di Pulau Maratua saja. Pada tahun 1991, perompakan juga terjadi di Pulau Sangalaki, hanya saja tidak ada korban jiwa. “Dulu, perekonomian masyarakat di Maratua dengan perbatasan sangat lancar sehingga hal tersebut pun menjadi salah satu pemicu terjadinya perompakan,” katanya.

Perompakan di Pulau Maratua, Dari Harta Benda Hingga Jatuh Korban
Camat Maratua Marsudi

Saat terjadinya perompakan, Pulau Maratua belum mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Pusat. Pulau ini sulit untuk diakses. Masyarakat Maratua saat itu hidup dalam ketakutan. Harta benda mereka raib, diambil paksa oleh perompak.

Semakin menjadinya aksi perompakan di Pulau Maratua, Pemerintah, yang akhirnya mendapatkan berita itu pun segera mengirimkan TNI untuk menjaga keamanan di Pulau Maratua. TNI menjaga pulau terluar tersebut hingga tahun 2005.

Seiring berjalannya waktu, perompak itu pun menghilang dengan sendirinya karena sulitnya komunikasi sejak adanya alat komunikasi HT yang dapat melacak percakapan kelompok perompak tersebut. “Saat itu komunikasi ada SSB dan HT serta semakin ketatnya penjagaan di Pulau Maratua karena sudah ada TNI. Saat mereka berkomunikasi, frekuensinya tertangkap dan warga jadi tahu kapan dan di mana mereka akan melakukan aksinya,” ujar Marsudi.

Baca Juga :  Mengenal Suku Dayak Kenyah di Desa Pampang, Hanya 11 Km dari Bandara APT Pranoto
Perompakan di Pulau Maratua, Dari Harta Benda Hingga Jatuh Korban
Pulau Maratua, Foto: Dok. Nusantara Info

Kini kehadiran pemerintah, baik Pemerintah Pusa, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Berau serta semua stakeholder semakin banyak dan besar dalam membangun Pulau Maratu sebagai beranda perbatasan.

Pulau Maratua tak se-mencekam tahun dahulu. Pulau itu kini semakin hidup dengan banyaknya potensi wisata yang dimiliki, membuat siapa pun yang datang dan melihat keindahan alamnya, akan merasakan kedamaian selama berada di pulau itu. Apa lagi sekarang sudah ada Bandara Maratua, yang merupakan bukti nyata kehadiran Pemerintah di tengah masyarakat pulau terluar. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait