Jakarta (10/5/2023): Kalau biasanya kita menjahit atau menyulam dengan jarum dan benang menggunakan tangan, beda halnya dengan teknik menjahit metode tufting. Memiliki keunikan tersendiri, tufting menghasilkan produk kreatif yang unik dan tak kalah estetik dari jahitan tangan.
Istilah “tufting” dalam bahasa Inggris yang artinya “dihiasi dengan rumbai”. Maksudnya adalah teknik menyulam dengan hasil kain rumbai-rumbai. Keunikan tufting terletak pada hasil jahitannya yang berbentuk 3D atau sedikit timbul.
Dilansir dari laman resmi Kemenparekraf, teknik menyulam tufting sebenarnya sudah ada sejak 1895. Dulu, teknik ini digunakan untuk industri pembuatan karpet dan selimut. Seiring berkembangnya waktu, tufting semakin dikenal banyak orang di berbagai negara. Di Indonesia sendiri sudah banyak studio kreatif yang menjadikan do it yourself (DIY) tufting sebagai daya tarik mendatangkan pelanggan.
Berkreasi dengan Tufting
Berkreasi dengan menggunakan metode tufting membutuhkan alat bantu bernama tufting gun. Alat yang menyerupai pistol ini terdiri dari sebuah jarum yang dihubungkan dengan sistem penggerak, sehingga memungkinkan jarum bergerak ke atas dan ke bawah dengan cepat untuk menjahit membuat pola.
Proses tufting terdiri dari beberapa tahap. Pertama, kita bisa menyiapkan kain yang sudah dibingkai dalam frame kayu terlebih dahulu. Tujuannya agar kain tidak kendur sehingga lebih mempermudah saat kita saat menembakkan benang dengan tufting gun dan lain yang digunakan agak tebal, agar hasil akhir tufting maksimal.
Selanjutnya kita bisa menggambar desain atau pola yang diinginkan di atas kain tersebut. Kemudian pilih warna benang yang akan digunakan, dan pasangkan benang ke dalam tufting gun. Kalau sudah terpasang dengan sempurna, kemudian menembakkan benang mengikuti pola gambar yang sudah dibuat di kain.
Uniknya, kita tidak menembakkan benang dari bagian depan kain, melainkan dari belakang kain. Hal ini bertujuan untuk menyembunyikan simpul benang, sehingga membuat jahitan pada pola gambar terlihat lebih rapi dan kuat di sisi depan kain.
Setelah proses tufting selesai, langkah berikutnya adalah proses merapikan sisa-sisa benang. Lalu memotong sisa-sisa benang pada bagian depan dan belakang kain. Kemudian dilanjutkan dengan pengeleman bagian belakang kain menggunakan lem lateks. Namun sebelumnya, tutup permukaan dengan kain liner atau bahan pelapis. Tujuannya agar hasil akhirnya lebih kokoh dan jahitan tidak mudah lepas.
Walau awalnya tufting ini digunakan untuk menjahit atau membuat pola pada karpet dan selimut. Namun saat ini bisa berkreasi membuat berbagai produk kreatif dengan menggunakan teknik tufting. Seperti membuat bantal, tas, hiasan dinding, hingga memodifikasi pakaian lama terlihat seperti baru.
Dengan kreativitas yang tepat, berkreasi menggunakan teknik tufting dapat menghasilkan produk-produk kreatif yang menarik bagi banyak orang. Tak heran kalau produk kreatif ini juga bisa kita jadikan ide bisnis di bidang industri kreatif subsektor kriya. Sehingga dengan kreativitas dapat menciptakan lapang kerja baru, yang berdampak baik bagi masyarakat luas. (*)