Mengenal Es Selendang Mayang, yang Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial Belanda

Bagikan

Mengenal Es Selendang Mayang yang Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial Belanda
Es Selendang Mayang, Foto: Istimewa

Jakarta (15/9/2023): Ada banyak hal yang menarik dalam penyelenggaraan KTT ke-43 ASEAN di JCC Jakarta pada 5-7 September lalu. Salah satunya adalah sajian kuliner yang disuguhkan untuk para pemimpin ASEAN, yakni es selendang mayang.

Lapisan-lapisan warnanya yang cerah dan menggoda selera membuat para pemimpin ASEAN terpukau dengan salah satu jajanan pasar khas Betawi ini.

Es selendang mayang memiliki cita rasa khas perpaduan manis dan gurih, serta isinya mirip seperti puding atau kue lapis yang terbuat dari tepung sagu aren. Lapisan selendang mayang terdiri dari warna putih yang berasal dari santan dan warna merah muda atau hijau.

Hidangan selendang mayang adalah simbol kekayaan budaya Betawi yang terwujud dalam rasa dan tampilan yang cantik. Namun di balik itu semua, terdapat sejarah panjang tentang es selendang mayang.

Asal Usul Es Selendang Mayang 

Mengenal Es Selendang Mayang yang Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial Belanda
Foto: Istimewa

Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang beragam, di mana setiap hidangannya memiliki ciri khas yang telah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang. Salah satunya adalah es selendang mayang.

Es selendang mayang merupakan salah satu minuman khas Betawi yang masih eksis hingga saat ini dan sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Selendang mayang mulai dikenal pada akhir abad 19 dan menjadi minuman kegemaran masyarakat Betawi serta orang-orang Belanda saat musim panas.

Kehadiran es selendang mayang tak lepas dari cerita rakyat “Si Jampang Mayang Sari” yang muncul pada awal tahun 1900-an. Si Jampang merupakan seorang jagoan Betawi yang dikenal sebagai perampok yang hasilnya akan dibagikan kepada rakyat miskin. Kemudian ia jatuh cinta kepada perempuan bernama Mayang Sari hingga rela melakukan apapun.

Mayang Sari adalah tokoh yang terkenal dengan kecantikannya. Mayang Sari memiliki rambut terurai dan ikal, hidung mancung serta mata yang indah dan meneduhkan.

Baca Juga :  Membangun Kesejahteraan Papua Dengan Kerangka Adat

Orang-orang pun mengasumsikan Mayang Sari sebagai inspirasi nama untuk minuman khas Betawi tersebut.

Sedangkan “selendang” sendiri berasal dari bentuknya yang lebar dan lemah gemulai saat digoyang-goyangkan. Bentuknya yang lebar dan panjang bagaikan sebuah selendang. Tekstur dari selendang mayang sebelum dipotong juga lemas dan tidak kaku. Jika terbawa air atau dimasukkan ke dalam air, selendang mayang akan bergerak luwes layaknya seperti selendang. (*)

Bagikan pendapatmu tentang artikel di atas!

Bagikan

Pos terkait